Translate

Tampilkan postingan dengan label SD Tsukuba Jepang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SD Tsukuba Jepang. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 September 2021

Contoh Pendidikan Karakter

 











Oke, kali ini ceritanya yang singkat-singkat aja ya...

Aktivitas

-  Rombongan berangkat dari Comfort Hotel Tokyo menuju SD Tsukuba Elementary School, 517 Ozonecho, Ashikaga, Tochigi Prefecture 326-0326. Rombongan berangkat lebih awal,karena ingin melihat siswa datang ke sekolah dengan berjalan kaki dari rumah mereka, tidak ada siswa yang diantar oleh orangtua mereka ke sekolah. Siswa berjalan bersama-sama kesekolah beriringan.

 -  Selesai mengikuti kegiatan di SD Tsukuba, rombongan laki-laki shalat jum’at di Mesjid Assalam Tokyo,dilanjut shalat qoshor Dhuhur dan Ashar oleh ibu-ibu.

-    Perjalanan dilanjutkan ke Kantor Kementrian Pendidikan,Budaya,Olah Raga ,Sains dan Teknologi.


Rangkuman Materi

- Kunjungan ke SD Labschool Tsukuba University.

 Sekolah ini merupakan SD pertama di Jepang dengan usia sudah mencapai 150 tahun. Sepuluh tahun yang lalu sekolah ini milik Negara ,namun sekarang dikelola oleh Universitas Tsukuba, jadi sudah menjadi sekolah swasta. Universitas Tsukuba ini menjadi cikal bakal Universitas Pendidikan Tokyo. SD Tsukuba memiliki hutan dengan luas lahan sekitar 0,5 hektar,disamping pekarangan yang sangat luas, tidak berbeda jauh dengan sekolah-sekolah lainnya.

   Kepala Sekolah SD , Mr. Tanaka menjelaskan bahwa ia bekerja sebagai PNS 10 tahun ,  namun sekarang ia  bekerja penuh  di SD Tsukuba atas nama yayasan Tsukuba. Sedangkan guru-guru yang bekerja di SD ini kebanyakan guru tetap yang diterima dengan cara seleksi, begitu pula dengan siswa-siswa yang ingin masuk ke SD Tsukuba harus menjalani seleksi berupa aktivitas yang nanti akan diukur kemampuan siswa untuk menyelesaikan test aktivitasnya, bahkan mereka mengalami tes berenang di laut sejauh 2 km, aktivitas ini dijalankan karena ...









kurilulumTsukuba mengutamakan fisik dan akademik. Kurikulum seperti inilah yang
dijadikan contoh oleh Universitas untuk dikembangkan menjadi bahan rujukan kurikulum
nasional Jepang. Karena menjadi SD percontohan maka bangunan-bangunan di SD ini
memiliki ruang-ruang dua kali lipat dibandingkan ruang di sekolah lainnya.Kegiatan pembelajaran di SD ini berfokus pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator.

Sedangkan konten pembelajaran disini tidak seberat konten di sekolah-sekolah Indonesia, -  namun materi pelajaran tetap pada substansi yang sesuai dengan umur siswa,sehingga nalar berpikir siswa jauh lebih berkembang dibandingkan dengan siswa-siswa di Indonesia.









Siswa melakukan langsung bereksperimen dalam sains terapan. Mereka mengamati pertumbuhan umbi pada kentang sampai menjadikan kura-kura sebagai filosofi berjalan di tangga. Jadi terdapat kaitan materi yang diajarkan dengan karakter yang ingin diperoleh.










Dengan leluasa siswa melakukan aktivitas karena lapangan olahraga benar-benar memenuhi standar internasional, maka sekolah di Tsukuba ini menjadi rujukan universitas untuk membuat kurikulum baru, melakukan perubahan kurikulum sesuai perubahan jaman. Kegiatan-kegiatan semacam inilah yang dijadikan bahan penilaian dalam rapor berupa deskripsi sikap anak terhadap kegiatan yang harus dilakukan. Walaupun anak belum mampu melakukan aktivitas yang harus dia lakukan, tetapi ini tidak menjadi persoalan khusus karena rentang penilaian adalah penjabaran kemampuan anak yang sudah dicapainya, pemberian motivasi adalah hal utama dalam pelaporan kepada orangtua, demotivasi harus dihindari.











Sarana prasarana di SD Tsukuba cenderung lebih luas dan bervariasi,sebagai contoh
,perhatikan gambar berikut :
 1. Keset dari sikat berwarna hijau diletakkan di depan lapangan olahraga, sehingga begitu selesai beraktivitas sepatu dibersihkan dengan keset ini, sangat praktis terlihatnya,sehingga area dekat lapangan selalu bersih.
2. Wadah tempat peralatan praktikum siswa, sangat sederhana hanya terbuat dari plastic
3. Suasana kelas ketika pelajaran belum dimulai, harus selalu bersih dan rapih
4. WC atau toilet siswa putri,terlihat bersih, harum dan tertib.
5 dan 6 adalah peralatan praktikum


Lapangan olahraga di SD Shukuba juga terbagi menjadi 2 bagian, bagian pertama khusus lapangan olahraga untuk kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Sementara dibagian lain ada juga lapangan olahraga khusus untuk kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. Sehingga kapanpun pelajaran olahraga bisa diselenggarakan secara bersama-sama. Sungguh fenomena yang menakjubkan dimana sebuah sekolah dasar hampir ditiap tingkat berolahraga pada pagi hari,disaat bersamaan, jangan ditanyakan lagi dengan kemampuan teknis anak-anak jepang untuk mengolah tubuh mereka,pantas saja mereka adalah juara-juara umum dunia di olimpiade olahraga dunia.













 Belajar Seni suara dan seni peran di SD Tsukuba adalah sebuah kegiatan yang sangat menarik minat siswa terhadap seni, bahkan rombongan guru yang berkunjungpun begitu antusias untuk turut bergabung dengan kegiatan mereka. Anak-anak sudah terlatih dengan kode nada dari guru disaat mereka harus diam, bernyanyi, bahkan menari. Ekspresi gembira dimana siswa bernyanyi dan menari adalah termasuk seni jepang yang disebut Noh.  Noh adalah bentuk teater musikal yang tertua di Jepang. Penceritaan tidak hanya dilakukan dengan dialog tapi juga dengan utai (nyanyian), hayashi (iringan musik), dan tari-tarian. Sejak awal anak-anak dilatih untuk berkesenian Noh ataupun Kyogen.

















   Seni musik juga diajarkan dengan intens di SD ini. Sehingga disudut-sudut ruang seni selalu tersedia piano besar untuk mengiringi kegiatan seni para siswa. Seni suara dan seni peran dijadikan bahan ajar dalam satu tema. Sehingga siswa menjadi terampil bernyanyi, dan menari.


Kegiatan di Kementrian Pendidikan, Pendidikan,Budaya,Sport,Sains dan Teknologi

 

Rombongan diterima oleh jubir Kemetrian,pada siang hari setelah shalat dhuhur, diruang pertemuan lantai 2 gedung Kementrian. Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (文部科学省 Monbukagakushō), disingkat Monkashō atau MEXT (Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology), serta populer sebagai Monbushō adalah salah satu kementerian dalam pemerintahan Jepang. Tugas utamanya meningkatkan taraf pendidikan dan membangun sumber daya manusia melalui penyebarluasan pembelajaran seumur hidup. Selain itu, MEXT bertugas mempromosikan kegiatan intelektual, olahraga, budaya, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta melaksanakan pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan bidang agama. MEXT adalah salah satu dari tiga kementerian yang mendatangkan penutur asli bahasa Inggris untuk berpartisipasi dalam JET Programme. Selain itu, MEXT menawarkan Beasiswa Monbukagakusho.

          Pada saat ini sekitar 2500 siswa Indonesia tengah melanjutkan pendidikannya di Jepang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah mereka yang menerima beasiswa, baik dari pemerintah Jepang, instansi maupun perusahaan lainnya. Beasiswa Pemerintah Jepang yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah beasiswa dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang (Monbukagakusho/ MEXT). Beasiswa ini meliputi biaya studi dan biaya hidup, tanpa ikatan apapun.

          Kedutaan Besar Jepang di Indonesia dan Konsulatnya di Surabaya, Medan dan Makassar setiap tahun melaksanakan pendaftaran dan penyeleksian bagi para peminat beasiswa Monbukagakusho. Adapun program-program yang ditawarkan kepada siswa Indonesia adalah Program Research Student bagi lulusan perguruan tinggi, Undergraduate, College of Technology dan Professional Training College bagi lulusan SLTA dan Japanese Studies bagi mahasiswa program studi Jepang serta Teacher Training bagi guru.

Draft laporan subkomite pelatihan guru dewan pusat untuk pendidikan

  • Menciptakan dan memelihara kerangka kerja untuk membangun sistem karir untuk mendukung guru untuk  terus belajar , antara lain
  • Membangun sebuah sistem (dewan pelatihan guru) untuk mendiskusikan  dan mengakomodasi pelatihan guru dengan dewan pendidikan, universitas dan institusi pendidikan  lainnya.
  • Penciptaan indeks pelatihan dan rencana pelatihan guru nasional disusun berdasarkan kolaborasi antara dewan pendidikan, universitas dan institusi pembelajaran lainnyaPemerintah nasional menyajikan secara garis besar pedoman untuk mengumpulkan kembali indeks pelatihan guru dan membuat kolaborasi dengan peserta lain  tentang kurikulum inti untuk guru dan staf (diciptakan mengingat tantangan dan global educational yang baru) Merevisi dan meningkatkan pelatihan sesuai dengan target dan sasaran :

  Isi Pelatihan :

  •  Pelatihan guru disesuaikan dengan mendukung pembelajaran aktif dan tantangan baru (bahasa Inggris, moralitas, TIK, pendidikan kebutuhan khusus)
  •  Memperkenalkan magang sekolah (termasuk kursus pelatihan guru) ·         Kerangka penjaminan kualitas dan peningkatan kursus pelatihan guru (membangun organisasi untuk menyelenggarakan kursus pelatihan guru, mempromosikan evaluasi guru, dll.). Grand unifikasi kategori subjek. Seperti integrasi kelas subjek dan kelas profesi mengajar.
  • Tahap Perekrutan :
  • Upaya untuk memfasilitasi memasuki profesi (mempopulerkan sekolah pelatihan pelatihan guru)
  • Musyawarah untuk pengembangan rekrutmen bersama
  • Mengamankan beragam personil melalui penggunaan sertifikat khusus
  •  Pelatihan reformasi guru yang sedang aktif :
  • {Promosikan pelatihan berkelanjutan}
  • Gabungkan dan perkuat sistem pelatihan internal sekolah
  • Promosikan pelatihan gaya mentor (pelatihan tim)
  • Bermitra dengan sekolah pascasarjana pelatihan guru, gunakan dewan pelatihan guru
  • Pelatihan yang berkaitan dengan tantangan pendidikan baru dan bangkitnya pembelajaran aktif
  • {Promosi Pelatihan Induksi}
  •          Langkah perbaikan yang disengaja itu mereferensikan upaya perintis
  •          Koneksi dengan tahun kedua dan ketiga pelatihan (Memikirkan kembali kebijakan administratif)
  •    {Promosi Pelatihan yang sudah 10 tahun)
  • Peningkatan fleksibilitas waktu latihan
  • Memperjelas tujuan dan rincian (pelatihan para pemimpin menengah)
  • {Reformasi pelatihan manajer menengah}
  • Memperkuat manajemen kurikulum yang disesuaikan dengan tantangan pendidikan baru
  • Bangun sebuah sistem untuk melatih manajer menengah yang terorganisir dan terencana dengan baik
  • Yayasan untuk mendukung pelatihan guru yang sedang aktif
  • Memperkuat fungsi Pusat Nasional untuk Pengembangan Guru (membangun jaringan pelatihan, membangun dan memelihara pusat nasional untuk menangani studi, analisis, Litbang)
  • Meningkatkan kecanggihan kualifikasi dan kemampuan guru melalui penggunaan verifikasi  kelayakan kursus di perguruan tinggi guru pascasarjana
  • Meningkatkan ukuran fakultas sesuai kebutuhan untuk mengamankan kesempatan pelatihan
  • Mengembangkan pemimpin pelatihan, meningkatkan penempatan guru dalam peran pengawasan dan pendelegasian
  • Di Jepang terdapat pula program peningkatan kualitas guru yang dikenal dengan sebutan goto.
  • Untuk menjadi guru di Jepang sangatlah sulit. Pertama, para calon guru harus menjalani kuliah di
  • universitas keguruan untuk mendapat lisensi guru. Kalau tidak masuk ke dalam universitas
  • keguruan, mereka harus menjalani semacam kursus yang diselenggarakan oleh badan pemerintah
  • Jepang, yang bisa mengeluarkan lisensi untuk menjadi guru.
  • Setelah itu, untuk menjadi guru di daerah tertentu, mereka harus mengikuti tes yang dilaksanakan setiap daerah. Di Jepang standarisasi setiap daerah berbeda, karena itu setiap daerah mengeluarkan ujian sendiri untuk calon guru yang berminat di daerahnya. Misalnya, untuk mengajar di kota Tokyo, mereka harus mengikuti ujian khusus untuk menjadi guru di kota tersebut. Biasanya para calon guru di Jepang melamar di beberapa daerah, sebagai cadangan bila ternyata mereka tidak lulus ujian di daerah pertama.
  • Setelah mendaftar, maka calon guru harus mengikuti dua kali ujian. Yang pertama tes tertulis. Kalau lulus, mereka harus mengikuti ujian wawancara. Bila keduanya lulus, maka calon guru tersebut akan dipilihkan sekolah tempat mereka akan mengajar nantinya, oleh pejabat pendidikan di kota tersebut.

Dari proses ini bisa terbayang, betapa beratnya untuk menjadi guru di Jepang. Persaingan dan proses penyaringannya lumayan sulit. Para calon guru yang berhasil melewati tes adalah guru yang sudah tersaring dengan ketat. Kualitasnya sesuai dengan standar yang berlaku di daerah tersebut.
    Selain itu, setiap sepuluh tahun, para guru harus kembali mengikuti pelatihan dan kembali mengikuti ujian sertifikasi untuk menjadi guru. Hal ini penting agar setiap guru tetap memiliki pengetahuan yang up to date, tetap belajar hal-hal yang baru di dunia pendidikan. Ini murni untuk peningkatan kualitas mengajar para guru, dan kualitas pendidikan secara umum. Jadi tidak ada hubungannya dengan kenaikan gaji.
      Tradisi belajar ditumbuhkan dengan peran aktif sekolah dalam memberikan contoh langsung kepada murid tentang pentingnya belajar. Sekolah-sekolah yang bagus bahkan punya tradisi penelitian tahunan. Biasanya mereka menentukan tema penelitian, yaitu target umum yang akan dicapai oleh sekolah di tahun tersebut. Lalu apa peran setiap mata pelajaran untuk mencapai target tersebut. Umumnya tidak jauh-jauh dari target pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah jepang, yaitu agar setiap murid Memiliki dasar-dasar pengetahuan, Memiliki sikap (positif) dalam belajar, dan Mengembangkan kemampuan berpikir, menganalisa dan berekspresi. Terakhir agar siswa Memiliki minat belajar yang baik.
        Bagai mana teknis untuk mencapai target tersebut, diserahkan kepada setiap guru untuk memikirkannya. Di sini peran guru adalah berusaha mencapai target penelitan sekolah melalui mata pelajaran yang diajarkannya. Misalnya, bagaimana pelajaran IPA bisa meningkatkan kemampuan berpikir, menganalisa dan berekspresi setiap murid di kelasnya. Caranya dengan melakukan proyek penelitian lapangan atau di lab, lalu hasilnya didiskusikan dalam kelompok, setelah itu setiap kelompok melakukan presentasi lisan dan menulis laporan secara individu. Cara ini bisa menjadi metode yang tepat untuk mencapai target tersebut.

        C.Rekomendasi

        1. Seluruh SD dan SMP di Jepang memiliki regulasi yang sama baik dibidang proses pendidikan maupun sisi administrasi dan pengadaan sarana prasarananya, kondisi ini yang membuat Jepang berada pada posisi terbaik di dunia untuk hal pendidikan masyarakatnya. Berbeda dengan di Indonesia,dimana unsur daerah terlalu kuat dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pendidikan, sehingga sangat perlu dipertimbangkan bahwa Kebijakan Pendidikan tidak mungkin berasal  dari keputusan yang berbeda-beda. Jepang berhasil mendidik masyarakatnya dengan menghasilkan karakter bangsa yang hampir sama di berbagai daerah, dengan detail yang juga mirip, artinya siswa di Chiba,Shizuoka,Kyoto,Tokyo, Kanagawa menampilkan karakter yang mirip seperti mandiri, santun, tidak emosional, menghargai tamu,…semua yang mereka tampilkan adalah hal-hal positip yang patut diadopsi oleh siswa-siswa kita di Indonesia.Sehingga semua kebijakan pendidikan perlu dari sumber yang sama. Hal ini mungkin sulit diimplementasikan di Indonesia, akibat keberagaman kebijakan pendidikan di tiap daerah di Indonesia. Kecuali bila Pemerintah cukup berani dengan tegas mengambil kebijakan bahwa Negara mengatur seluruh urusan pendidikan di Indonesia, daerah tidak dilibatkan terlalu jauh untuk penyelenggaraan pendidikan,utamanya pendidikan dasar di SD dan SMP.  Jika ingin mengadopsi pendidikan dasar ala Jepang ini, tentu hal-hal teknis yang melibatkan daerah masih bisa dipertahankan,namun seluruh kebijakan tentang konten pembelajaran di tingkat dasar harus bersumber dari satu kebijakan, juga kebijakan yang menyangkut profesi gurunya.

        2. Konten pembelajaran di tingkat sekolah dasar di Jepang terlihat tidak melebihi kapasitas kemampuan siswa, siswa belajar pengetahuan sebatas pengetahuan yang perlu mereka ketahui. Berbeda dengan di Indonesia, siswa diberi pengetahuan sebanyak-banyaknya sambil tidak dibarengi dengan kemampuan ketrampilan yang setara dengan pengetahuan yang mereka miliki. Sekedar contoh, setiap upacara senin ada beberapa sekolah yang mengikrarkan HIDUP BERSIH, namun siswa belum terampil membersihkan kelas, belum terampil membuang sampah pada tempatnya. Contoh lain, siswa di Indonesia kalau mengikuti lomba-lomba seperti olimpiade sains, sangat hebat prestasinya, namun siswa di Indonesia belum terampil menghasilkan produk sains yang setara dengan pengetahuan sains yang ia ketahui. Di Jepang,fenomenanya justru cenderung terbalik dengan di Indonesia, siswa-siswa Jepang sangat terampil berjalan kaki menempuh perjalanan ke sekolah, anak-anak kecil di Jepang sangat terampil mengkoordinir teman untuk bekerja sama, bahkan anak kecil kelas 1 SD di Jepang akan dengan cekatan memberi salam kepada tamu,melepas sepatu – memakai sepatu,berganti kostum tanpa bantuan orang lain, anak-anak yang lebih besar seperti kelas 2 SD di Jepang sangat terampil menyiapkan makan siang teman-temannya….dsb…dsb….ini yang tidak ada di sekolah-sekolah di Indonesia. Artinya kita sudah jauh tertinggal dari bangsa-bangsa maju terhadap konsep pendidikan yang kita jalankan selama ini. Konten pembelajaran yang sebenarnya harus diberikan seharusnya adalah porsi ketrampilan bukan dominasi pengetahuan, juga konten karakter yang harus langsung diterapkan bukan dominasi nasehat dan nasehat saja.

        3. Proses penilaian terhadap siswa di Jepang tidak berfokus pada angka-angka seperti kebanyakan di Indonesia. Namun yang harus diberi penilaian adalah tingkatan keberhasilan siswa tentang semua yang bisa mereka lakukan, siswa sudah membersihkan kelas, siswa sudah menanam tanaman, siswa sudah berbicara di depan kelas,…..semua ini adalah penilaian autentik yang perlu dideskripsikan,karena kemampuan masing-masing siswa bisa berbeda. Bila diberikan persoalan (problem based learning), siswa yang belum mampu memecahkan permasalahannya tidak diberi ultimatum langsung, namun harus dilihat proses pencapaiannya dan logika berpikir siswa, sehingga tidak ada siswa yang bodoh atau tinggal kelas,bahkan akan banyak siswa yang berpikir tingkat tinggi karena guru banyak menggunakan metode inkuiri, guru banyak memancing pertanyaan, guru banyak memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan persoalannya sendiri. Pembelajaran di sekolah-sekolah Jepang adalah pembelajaran kognitif dibarengi langsung dengan psikomotor, belajar teori secukupnya namun bertindak sebanyak mungkin. Jadi tidak mengherankan, bila orang Jepang itu memiliki sifat mandiri, mempunyai dedikasi tinggi, jujur, tidak suka membully, suka membantu orang lain…senang dengan kebersihan dan kerapihan, tidak emosional, dll.


        💪💪💪💪💪💪💪💟💟💟💟💟💟💟💪💪💪💪💪💪💪

        yang sering mampir disini

        Global Warming mulai muncul efeknya...

         Mengatasi efek global warming... Global warming adalah peningkatan suhu rata-rata Bumi secara keseluruhan, yang disebabkan oleh peningkatan...

        paling populer