Translate

Tampilkan postingan dengan label short course jepang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label short course jepang. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 September 2021

Contoh Pendidikan Karakter

 











Oke, kali ini ceritanya yang singkat-singkat aja ya...

Aktivitas

-  Rombongan berangkat dari Comfort Hotel Tokyo menuju SD Tsukuba Elementary School, 517 Ozonecho, Ashikaga, Tochigi Prefecture 326-0326. Rombongan berangkat lebih awal,karena ingin melihat siswa datang ke sekolah dengan berjalan kaki dari rumah mereka, tidak ada siswa yang diantar oleh orangtua mereka ke sekolah. Siswa berjalan bersama-sama kesekolah beriringan.

 -  Selesai mengikuti kegiatan di SD Tsukuba, rombongan laki-laki shalat jum’at di Mesjid Assalam Tokyo,dilanjut shalat qoshor Dhuhur dan Ashar oleh ibu-ibu.

-    Perjalanan dilanjutkan ke Kantor Kementrian Pendidikan,Budaya,Olah Raga ,Sains dan Teknologi.


Rangkuman Materi

- Kunjungan ke SD Labschool Tsukuba University.

 Sekolah ini merupakan SD pertama di Jepang dengan usia sudah mencapai 150 tahun. Sepuluh tahun yang lalu sekolah ini milik Negara ,namun sekarang dikelola oleh Universitas Tsukuba, jadi sudah menjadi sekolah swasta. Universitas Tsukuba ini menjadi cikal bakal Universitas Pendidikan Tokyo. SD Tsukuba memiliki hutan dengan luas lahan sekitar 0,5 hektar,disamping pekarangan yang sangat luas, tidak berbeda jauh dengan sekolah-sekolah lainnya.

   Kepala Sekolah SD , Mr. Tanaka menjelaskan bahwa ia bekerja sebagai PNS 10 tahun ,  namun sekarang ia  bekerja penuh  di SD Tsukuba atas nama yayasan Tsukuba. Sedangkan guru-guru yang bekerja di SD ini kebanyakan guru tetap yang diterima dengan cara seleksi, begitu pula dengan siswa-siswa yang ingin masuk ke SD Tsukuba harus menjalani seleksi berupa aktivitas yang nanti akan diukur kemampuan siswa untuk menyelesaikan test aktivitasnya, bahkan mereka mengalami tes berenang di laut sejauh 2 km, aktivitas ini dijalankan karena ...









kurilulumTsukuba mengutamakan fisik dan akademik. Kurikulum seperti inilah yang
dijadikan contoh oleh Universitas untuk dikembangkan menjadi bahan rujukan kurikulum
nasional Jepang. Karena menjadi SD percontohan maka bangunan-bangunan di SD ini
memiliki ruang-ruang dua kali lipat dibandingkan ruang di sekolah lainnya.Kegiatan pembelajaran di SD ini berfokus pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator.

Sedangkan konten pembelajaran disini tidak seberat konten di sekolah-sekolah Indonesia, -  namun materi pelajaran tetap pada substansi yang sesuai dengan umur siswa,sehingga nalar berpikir siswa jauh lebih berkembang dibandingkan dengan siswa-siswa di Indonesia.









Siswa melakukan langsung bereksperimen dalam sains terapan. Mereka mengamati pertumbuhan umbi pada kentang sampai menjadikan kura-kura sebagai filosofi berjalan di tangga. Jadi terdapat kaitan materi yang diajarkan dengan karakter yang ingin diperoleh.










Dengan leluasa siswa melakukan aktivitas karena lapangan olahraga benar-benar memenuhi standar internasional, maka sekolah di Tsukuba ini menjadi rujukan universitas untuk membuat kurikulum baru, melakukan perubahan kurikulum sesuai perubahan jaman. Kegiatan-kegiatan semacam inilah yang dijadikan bahan penilaian dalam rapor berupa deskripsi sikap anak terhadap kegiatan yang harus dilakukan. Walaupun anak belum mampu melakukan aktivitas yang harus dia lakukan, tetapi ini tidak menjadi persoalan khusus karena rentang penilaian adalah penjabaran kemampuan anak yang sudah dicapainya, pemberian motivasi adalah hal utama dalam pelaporan kepada orangtua, demotivasi harus dihindari.











Sarana prasarana di SD Tsukuba cenderung lebih luas dan bervariasi,sebagai contoh
,perhatikan gambar berikut :
 1. Keset dari sikat berwarna hijau diletakkan di depan lapangan olahraga, sehingga begitu selesai beraktivitas sepatu dibersihkan dengan keset ini, sangat praktis terlihatnya,sehingga area dekat lapangan selalu bersih.
2. Wadah tempat peralatan praktikum siswa, sangat sederhana hanya terbuat dari plastic
3. Suasana kelas ketika pelajaran belum dimulai, harus selalu bersih dan rapih
4. WC atau toilet siswa putri,terlihat bersih, harum dan tertib.
5 dan 6 adalah peralatan praktikum


Lapangan olahraga di SD Shukuba juga terbagi menjadi 2 bagian, bagian pertama khusus lapangan olahraga untuk kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Sementara dibagian lain ada juga lapangan olahraga khusus untuk kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. Sehingga kapanpun pelajaran olahraga bisa diselenggarakan secara bersama-sama. Sungguh fenomena yang menakjubkan dimana sebuah sekolah dasar hampir ditiap tingkat berolahraga pada pagi hari,disaat bersamaan, jangan ditanyakan lagi dengan kemampuan teknis anak-anak jepang untuk mengolah tubuh mereka,pantas saja mereka adalah juara-juara umum dunia di olimpiade olahraga dunia.













 Belajar Seni suara dan seni peran di SD Tsukuba adalah sebuah kegiatan yang sangat menarik minat siswa terhadap seni, bahkan rombongan guru yang berkunjungpun begitu antusias untuk turut bergabung dengan kegiatan mereka. Anak-anak sudah terlatih dengan kode nada dari guru disaat mereka harus diam, bernyanyi, bahkan menari. Ekspresi gembira dimana siswa bernyanyi dan menari adalah termasuk seni jepang yang disebut Noh.  Noh adalah bentuk teater musikal yang tertua di Jepang. Penceritaan tidak hanya dilakukan dengan dialog tapi juga dengan utai (nyanyian), hayashi (iringan musik), dan tari-tarian. Sejak awal anak-anak dilatih untuk berkesenian Noh ataupun Kyogen.

















   Seni musik juga diajarkan dengan intens di SD ini. Sehingga disudut-sudut ruang seni selalu tersedia piano besar untuk mengiringi kegiatan seni para siswa. Seni suara dan seni peran dijadikan bahan ajar dalam satu tema. Sehingga siswa menjadi terampil bernyanyi, dan menari.


Kegiatan di Kementrian Pendidikan, Pendidikan,Budaya,Sport,Sains dan Teknologi

 

Rombongan diterima oleh jubir Kemetrian,pada siang hari setelah shalat dhuhur, diruang pertemuan lantai 2 gedung Kementrian. Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (文部科学省 Monbukagakushō), disingkat Monkashō atau MEXT (Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology), serta populer sebagai Monbushō adalah salah satu kementerian dalam pemerintahan Jepang. Tugas utamanya meningkatkan taraf pendidikan dan membangun sumber daya manusia melalui penyebarluasan pembelajaran seumur hidup. Selain itu, MEXT bertugas mempromosikan kegiatan intelektual, olahraga, budaya, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta melaksanakan pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan bidang agama. MEXT adalah salah satu dari tiga kementerian yang mendatangkan penutur asli bahasa Inggris untuk berpartisipasi dalam JET Programme. Selain itu, MEXT menawarkan Beasiswa Monbukagakusho.

          Pada saat ini sekitar 2500 siswa Indonesia tengah melanjutkan pendidikannya di Jepang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar adalah mereka yang menerima beasiswa, baik dari pemerintah Jepang, instansi maupun perusahaan lainnya. Beasiswa Pemerintah Jepang yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah beasiswa dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang (Monbukagakusho/ MEXT). Beasiswa ini meliputi biaya studi dan biaya hidup, tanpa ikatan apapun.

          Kedutaan Besar Jepang di Indonesia dan Konsulatnya di Surabaya, Medan dan Makassar setiap tahun melaksanakan pendaftaran dan penyeleksian bagi para peminat beasiswa Monbukagakusho. Adapun program-program yang ditawarkan kepada siswa Indonesia adalah Program Research Student bagi lulusan perguruan tinggi, Undergraduate, College of Technology dan Professional Training College bagi lulusan SLTA dan Japanese Studies bagi mahasiswa program studi Jepang serta Teacher Training bagi guru.

Draft laporan subkomite pelatihan guru dewan pusat untuk pendidikan

  • Menciptakan dan memelihara kerangka kerja untuk membangun sistem karir untuk mendukung guru untuk  terus belajar , antara lain
  • Membangun sebuah sistem (dewan pelatihan guru) untuk mendiskusikan  dan mengakomodasi pelatihan guru dengan dewan pendidikan, universitas dan institusi pendidikan  lainnya.
  • Penciptaan indeks pelatihan dan rencana pelatihan guru nasional disusun berdasarkan kolaborasi antara dewan pendidikan, universitas dan institusi pembelajaran lainnyaPemerintah nasional menyajikan secara garis besar pedoman untuk mengumpulkan kembali indeks pelatihan guru dan membuat kolaborasi dengan peserta lain  tentang kurikulum inti untuk guru dan staf (diciptakan mengingat tantangan dan global educational yang baru) Merevisi dan meningkatkan pelatihan sesuai dengan target dan sasaran :

  Isi Pelatihan :

  •  Pelatihan guru disesuaikan dengan mendukung pembelajaran aktif dan tantangan baru (bahasa Inggris, moralitas, TIK, pendidikan kebutuhan khusus)
  •  Memperkenalkan magang sekolah (termasuk kursus pelatihan guru) ·         Kerangka penjaminan kualitas dan peningkatan kursus pelatihan guru (membangun organisasi untuk menyelenggarakan kursus pelatihan guru, mempromosikan evaluasi guru, dll.). Grand unifikasi kategori subjek. Seperti integrasi kelas subjek dan kelas profesi mengajar.
  • Tahap Perekrutan :
  • Upaya untuk memfasilitasi memasuki profesi (mempopulerkan sekolah pelatihan pelatihan guru)
  • Musyawarah untuk pengembangan rekrutmen bersama
  • Mengamankan beragam personil melalui penggunaan sertifikat khusus
  •  Pelatihan reformasi guru yang sedang aktif :
  • {Promosikan pelatihan berkelanjutan}
  • Gabungkan dan perkuat sistem pelatihan internal sekolah
  • Promosikan pelatihan gaya mentor (pelatihan tim)
  • Bermitra dengan sekolah pascasarjana pelatihan guru, gunakan dewan pelatihan guru
  • Pelatihan yang berkaitan dengan tantangan pendidikan baru dan bangkitnya pembelajaran aktif
  • {Promosi Pelatihan Induksi}
  •          Langkah perbaikan yang disengaja itu mereferensikan upaya perintis
  •          Koneksi dengan tahun kedua dan ketiga pelatihan (Memikirkan kembali kebijakan administratif)
  •    {Promosi Pelatihan yang sudah 10 tahun)
  • Peningkatan fleksibilitas waktu latihan
  • Memperjelas tujuan dan rincian (pelatihan para pemimpin menengah)
  • {Reformasi pelatihan manajer menengah}
  • Memperkuat manajemen kurikulum yang disesuaikan dengan tantangan pendidikan baru
  • Bangun sebuah sistem untuk melatih manajer menengah yang terorganisir dan terencana dengan baik
  • Yayasan untuk mendukung pelatihan guru yang sedang aktif
  • Memperkuat fungsi Pusat Nasional untuk Pengembangan Guru (membangun jaringan pelatihan, membangun dan memelihara pusat nasional untuk menangani studi, analisis, Litbang)
  • Meningkatkan kecanggihan kualifikasi dan kemampuan guru melalui penggunaan verifikasi  kelayakan kursus di perguruan tinggi guru pascasarjana
  • Meningkatkan ukuran fakultas sesuai kebutuhan untuk mengamankan kesempatan pelatihan
  • Mengembangkan pemimpin pelatihan, meningkatkan penempatan guru dalam peran pengawasan dan pendelegasian
  • Di Jepang terdapat pula program peningkatan kualitas guru yang dikenal dengan sebutan goto.
  • Untuk menjadi guru di Jepang sangatlah sulit. Pertama, para calon guru harus menjalani kuliah di
  • universitas keguruan untuk mendapat lisensi guru. Kalau tidak masuk ke dalam universitas
  • keguruan, mereka harus menjalani semacam kursus yang diselenggarakan oleh badan pemerintah
  • Jepang, yang bisa mengeluarkan lisensi untuk menjadi guru.
  • Setelah itu, untuk menjadi guru di daerah tertentu, mereka harus mengikuti tes yang dilaksanakan setiap daerah. Di Jepang standarisasi setiap daerah berbeda, karena itu setiap daerah mengeluarkan ujian sendiri untuk calon guru yang berminat di daerahnya. Misalnya, untuk mengajar di kota Tokyo, mereka harus mengikuti ujian khusus untuk menjadi guru di kota tersebut. Biasanya para calon guru di Jepang melamar di beberapa daerah, sebagai cadangan bila ternyata mereka tidak lulus ujian di daerah pertama.
  • Setelah mendaftar, maka calon guru harus mengikuti dua kali ujian. Yang pertama tes tertulis. Kalau lulus, mereka harus mengikuti ujian wawancara. Bila keduanya lulus, maka calon guru tersebut akan dipilihkan sekolah tempat mereka akan mengajar nantinya, oleh pejabat pendidikan di kota tersebut.

Dari proses ini bisa terbayang, betapa beratnya untuk menjadi guru di Jepang. Persaingan dan proses penyaringannya lumayan sulit. Para calon guru yang berhasil melewati tes adalah guru yang sudah tersaring dengan ketat. Kualitasnya sesuai dengan standar yang berlaku di daerah tersebut.
    Selain itu, setiap sepuluh tahun, para guru harus kembali mengikuti pelatihan dan kembali mengikuti ujian sertifikasi untuk menjadi guru. Hal ini penting agar setiap guru tetap memiliki pengetahuan yang up to date, tetap belajar hal-hal yang baru di dunia pendidikan. Ini murni untuk peningkatan kualitas mengajar para guru, dan kualitas pendidikan secara umum. Jadi tidak ada hubungannya dengan kenaikan gaji.
      Tradisi belajar ditumbuhkan dengan peran aktif sekolah dalam memberikan contoh langsung kepada murid tentang pentingnya belajar. Sekolah-sekolah yang bagus bahkan punya tradisi penelitian tahunan. Biasanya mereka menentukan tema penelitian, yaitu target umum yang akan dicapai oleh sekolah di tahun tersebut. Lalu apa peran setiap mata pelajaran untuk mencapai target tersebut. Umumnya tidak jauh-jauh dari target pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah jepang, yaitu agar setiap murid Memiliki dasar-dasar pengetahuan, Memiliki sikap (positif) dalam belajar, dan Mengembangkan kemampuan berpikir, menganalisa dan berekspresi. Terakhir agar siswa Memiliki minat belajar yang baik.
        Bagai mana teknis untuk mencapai target tersebut, diserahkan kepada setiap guru untuk memikirkannya. Di sini peran guru adalah berusaha mencapai target penelitan sekolah melalui mata pelajaran yang diajarkannya. Misalnya, bagaimana pelajaran IPA bisa meningkatkan kemampuan berpikir, menganalisa dan berekspresi setiap murid di kelasnya. Caranya dengan melakukan proyek penelitian lapangan atau di lab, lalu hasilnya didiskusikan dalam kelompok, setelah itu setiap kelompok melakukan presentasi lisan dan menulis laporan secara individu. Cara ini bisa menjadi metode yang tepat untuk mencapai target tersebut.

        C.Rekomendasi

        1. Seluruh SD dan SMP di Jepang memiliki regulasi yang sama baik dibidang proses pendidikan maupun sisi administrasi dan pengadaan sarana prasarananya, kondisi ini yang membuat Jepang berada pada posisi terbaik di dunia untuk hal pendidikan masyarakatnya. Berbeda dengan di Indonesia,dimana unsur daerah terlalu kuat dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pendidikan, sehingga sangat perlu dipertimbangkan bahwa Kebijakan Pendidikan tidak mungkin berasal  dari keputusan yang berbeda-beda. Jepang berhasil mendidik masyarakatnya dengan menghasilkan karakter bangsa yang hampir sama di berbagai daerah, dengan detail yang juga mirip, artinya siswa di Chiba,Shizuoka,Kyoto,Tokyo, Kanagawa menampilkan karakter yang mirip seperti mandiri, santun, tidak emosional, menghargai tamu,…semua yang mereka tampilkan adalah hal-hal positip yang patut diadopsi oleh siswa-siswa kita di Indonesia.Sehingga semua kebijakan pendidikan perlu dari sumber yang sama. Hal ini mungkin sulit diimplementasikan di Indonesia, akibat keberagaman kebijakan pendidikan di tiap daerah di Indonesia. Kecuali bila Pemerintah cukup berani dengan tegas mengambil kebijakan bahwa Negara mengatur seluruh urusan pendidikan di Indonesia, daerah tidak dilibatkan terlalu jauh untuk penyelenggaraan pendidikan,utamanya pendidikan dasar di SD dan SMP.  Jika ingin mengadopsi pendidikan dasar ala Jepang ini, tentu hal-hal teknis yang melibatkan daerah masih bisa dipertahankan,namun seluruh kebijakan tentang konten pembelajaran di tingkat dasar harus bersumber dari satu kebijakan, juga kebijakan yang menyangkut profesi gurunya.

        2. Konten pembelajaran di tingkat sekolah dasar di Jepang terlihat tidak melebihi kapasitas kemampuan siswa, siswa belajar pengetahuan sebatas pengetahuan yang perlu mereka ketahui. Berbeda dengan di Indonesia, siswa diberi pengetahuan sebanyak-banyaknya sambil tidak dibarengi dengan kemampuan ketrampilan yang setara dengan pengetahuan yang mereka miliki. Sekedar contoh, setiap upacara senin ada beberapa sekolah yang mengikrarkan HIDUP BERSIH, namun siswa belum terampil membersihkan kelas, belum terampil membuang sampah pada tempatnya. Contoh lain, siswa di Indonesia kalau mengikuti lomba-lomba seperti olimpiade sains, sangat hebat prestasinya, namun siswa di Indonesia belum terampil menghasilkan produk sains yang setara dengan pengetahuan sains yang ia ketahui. Di Jepang,fenomenanya justru cenderung terbalik dengan di Indonesia, siswa-siswa Jepang sangat terampil berjalan kaki menempuh perjalanan ke sekolah, anak-anak kecil di Jepang sangat terampil mengkoordinir teman untuk bekerja sama, bahkan anak kecil kelas 1 SD di Jepang akan dengan cekatan memberi salam kepada tamu,melepas sepatu – memakai sepatu,berganti kostum tanpa bantuan orang lain, anak-anak yang lebih besar seperti kelas 2 SD di Jepang sangat terampil menyiapkan makan siang teman-temannya….dsb…dsb….ini yang tidak ada di sekolah-sekolah di Indonesia. Artinya kita sudah jauh tertinggal dari bangsa-bangsa maju terhadap konsep pendidikan yang kita jalankan selama ini. Konten pembelajaran yang sebenarnya harus diberikan seharusnya adalah porsi ketrampilan bukan dominasi pengetahuan, juga konten karakter yang harus langsung diterapkan bukan dominasi nasehat dan nasehat saja.

        3. Proses penilaian terhadap siswa di Jepang tidak berfokus pada angka-angka seperti kebanyakan di Indonesia. Namun yang harus diberi penilaian adalah tingkatan keberhasilan siswa tentang semua yang bisa mereka lakukan, siswa sudah membersihkan kelas, siswa sudah menanam tanaman, siswa sudah berbicara di depan kelas,…..semua ini adalah penilaian autentik yang perlu dideskripsikan,karena kemampuan masing-masing siswa bisa berbeda. Bila diberikan persoalan (problem based learning), siswa yang belum mampu memecahkan permasalahannya tidak diberi ultimatum langsung, namun harus dilihat proses pencapaiannya dan logika berpikir siswa, sehingga tidak ada siswa yang bodoh atau tinggal kelas,bahkan akan banyak siswa yang berpikir tingkat tinggi karena guru banyak menggunakan metode inkuiri, guru banyak memancing pertanyaan, guru banyak memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan persoalannya sendiri. Pembelajaran di sekolah-sekolah Jepang adalah pembelajaran kognitif dibarengi langsung dengan psikomotor, belajar teori secukupnya namun bertindak sebanyak mungkin. Jadi tidak mengherankan, bila orang Jepang itu memiliki sifat mandiri, mempunyai dedikasi tinggi, jujur, tidak suka membully, suka membantu orang lain…senang dengan kebersihan dan kerapihan, tidak emosional, dll.


        💪💪💪💪💪💪💪💟💟💟💟💟💟💟💪💪💪💪💪💪💪

        Rabu, 08 September 2021

        SD di Jepang yang asri

         









        Short Course yang sesungguhnya (9)

        Pengantar :  Masa-masa sulit di situasi pandemi covid 19, sungguh nikmat mengenang perjalanan kerja di masa lampau, meski berlelah-lelah dan penuh perjuangan ,namun  untuk melalui kembali sungguh hal yang sangat mustahil dilakukan meski dimasa depan mungkin saja ada keajaiban, semoga ya..


         Aktivitas :

        - Rombongan menuju prefektur Kanagawa jam 8.30, perjalanan sekitar 1,5 jam berangkat dari hotel Comfort Tokyo.

        -  Rombongan disambut oleh Kepala sekolah,  kemudian rombongan diajak berkeliling seluruh kampus yang cukup luas melihat dan mempelajari seluruh aktivitas siswa SD Asahi tersebut.

        - Selesai menempuh seluruh area sekolah rombongan langsung berdiskusi dengan staff sekolah tentang persoalan-persoalan aktivitas belajar siswa.

         Materi

        Karakter siswa dari sebuah sekolah bisa dilihat bagaimana sekolah tersebut menata lingkungan belajar mereka. Ketika baru memasuki gerbang SD Asahi di prefektur Kanagawa,kita akan merasakan lingkungan yang asri dengan tanaman bunga-bunga yang tertata rapih. Setelah dipertanyakan tentang lingkungan yang nyaman ini, guru-guru di SD ini menyatakan bahwa anak-anaklah yang menata halaman sekolah mereka sambil dibantu oleh guru- guru mereka.Terlihat bahwa penanaman karakter tentang peduli lingkungan kepada para siswa sudah menunjukkan hasil nyata melalui metode yang sederhana, yaitu lakukan apa yang bisa dilakukan.

        Kondisi  SD Asahi

        Di SD Asahi Jepang, kelas terbagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk melakukan banyak kegiatan. Misalnya, sebagai bagian dari pendidikan mereka, setiap hari para siswa yang tergabung dalam kelompok tersebut membersihkan ruang kelas, aula, dan pekarangan sekolah. Jadi sudah tidak aneh lagi, jika pekarangan sekolah mereka memiliki bunga-bunga cantik dan tanaman-tanaman besar yang terurus.

        Jumlah guru di sekolah ini berjumlah 30 orang, dengan jumlah siswa sebanyak 560 anak. SD Asahi memiliki 18 lokal kelas, ditambah 2 kelas special untuk yang berkebutuhan khusus.Sebagian besar guru disini berstatus sebagai pegawai negri, sedangkan sisanya adalah tenaga honorer yang ditempatkan dibagian-bagian tertentu seperti perpustakaan, tenaga kesehatan ataupun tenaga koki sekolah.

            Di  sekolah dasar Asahi , para siswa menikmati makan siang yang disiapkan oleh sekolah atau oleh "pusat pengadaan makan sekolah" setempat. Kelompok siswa bergiliran melayani makan siang rekan-rekan sekelasnya. Makan siang sekolah mencakup beraneka makanan sehat dan bergizi, dan para siswa dengan senang menanti tibanya waktu makan siang.


        Ada banyak event sekolah sepanjang tahun ajaran, seperti hari olahraga, yaitu hari bagi para siswa untuk bertanding dalam berbagai acara pertandingan, seperti tarik-tambang dan lomba estafet, piknik ke tempat-tempat bersejarah dsb. Juga ada berbagai festival seni dan budaya yang menampilkan tari-tarian serta berbagai pertunjukan lainnya oleh siswa. Para siswa dari kelas-kelas teratas dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, juga mengikuti perjalanan wisata yang berlangsung beberapa hari ke kota-kota budaya yang penting seperti Kyoto dan Nara, resor bermain ski, dan tempat-tempat lain. Siswa disini  menggunakan seragam khusus pada saat sekolah.Tapi disaat momen-momen tertentu mereka juga tetap menggunakan kostum khusus yang harus mereka gunakan.

        Di awal kunjungan,rombongan melewati kelas 4 yang sedang belajar bahasa Jepang,mereka sedang mempelajari nihongo dan kokugo. Kokugo adalah bahasa resmi warga negara (Jepang) yang lahir dan hidup disuatu negara yang sama. Sedangkan nihongo adalah bahasa Jepang yang dipakai sebagai bahasa asing atau sebagai bahasa kedua, bahasa ketiga, dan seterusnya didalam suatu negara..Ada 200 kanji yang dipelajari di kelas 4.











        Ketika melewati ruang kelas 1, beberapa kelas sedang belajar matapelajaran matematika,juga ada yang belajar menggambar. Siswa lebih banyak bekerja daripada mendengarkan guru,kebanyakan hasil karya siswa langsung dipajang di luar kelas atau di gang-gang sekolah.



        Meski terkesan seadanya, tetap saja hasil karya siswa dipajang untuk memberikan motivasi kepada siswa ybs. Dibawah pajangan karya siswa terdapat gantungan yang dibebani tas-tas kecil milik siswa,untuk menyimpan barang-barang mereka, dan satupun tidak ada yang hilang,meski diletakkan di tempat terbuka.Di sekolah ini terdapat pendidikan tata laksana rumah tangga, dimana dalam proses pembelajarannya siswa menggunakan kostum khusus yang berwarna putih bersih, ternyata sekolah di Jepang sangat memperhatikan tingkat kebersihan yang sangat detil, dari kecil anak-anak ditanamkan karakter ini sehingga wajar saja bila di Jepang tidak terlihat sampah, dan warganya sangat sadar dimana mereka harus ‘menyembunyikan’ sampah mereka jika dalam perjalanan di luar rumah.














            SD Asahi yang kepala sekolahnya bernama Mi Nomia Sang, seorang bapak kepala yang terlihat sangat ramah,membawahi wakil kepala dan koordinator – koordinator yang membawahi para guru. Beliau menekankan bahwa setiap pagi ada kegiatan membaca buku selama 10 menit,lalu hasil membaca tersebut harus ditulis rangkumannya,kemudian di periksa dan diberi komen oleh guru.Hal ini seperti kegiatan literasi membaca buku di Indonesia. Hanya terdapat perbedaan dengan literasi di Indonesia, di Jepang hasil membaca buku yang dilakukan siswa summerynya dipajang di papan pengumuman di gang-gang sekolah, sehingga setiap siswa akan termotivasi untuk banyak membaca buku. Dan para guru juga harus banyak membaca buku,bahkan harus bersosialisasi dengan masyarakat. Guru juga harus mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang bayar ataupun yang diberi gratis oleh pemerintah, sehingga secara berkala pemerintah memberikan pelatihan-pelatihan untuk guru, penataran-penataran tsb bisa dari pemerintah pusat,bisa juga dari prefektur setempat.










        Hampir semua sekolah dasar di Jepang memiliki lapangan olah raga yang sangat luas, minimal seluas lapangan sepakbola, bahkan mereka membedakan antara lapangan untuk kelas 1,2, dan 3 dengan lapangan untuk kelas 4, 5 dan 6.









        Rekomendasi

            Kunjungan ke SD Asahi di Sagamihara City,Prefektur Kanagawa sungguh memberikan kesan lain dari sekolah dasar seperti Labschool di Shizuoka. Kesan utama adalah, bahwa pemerintah Jepang amat mengutamakan seluruh unsur sarana dan prasarana pendidikan untuk warganya dimanapun juga, baik di pusat kota, pinggiran kota, bahkan luar kota yang jauh dari pemerintahan pusat. Kesan utama lain adalah bahwa seluruh sarana tersebut diusahakan oleh pemerintah dengan standar tertentu,sehingga seluruh sekolah memiliki gedung yang hampir mirip, tingkat kebersihan yang relatif setingkat, kemampuan siswa berkomunikasi yang setara, bahkan sampai ketingkat toiletpun mereka memiliki keseragaman tipe dan bentuk. Maka, sangat wajar bila standar karakter yang terbentuk juga agak mirip dimana-mana, kita akan mudah menebak karakter mereka, seperti sikap sopan, santun, lembut terhadap siapapun, jujur , bahkan tidak suka membully dan melecehkan, cenderung sabar dan tidak suka keributan. Bukankah ini merupakan modal utama character building sebuah bangsa. Hanya saja ada beberapa kekurangannya, tentulah pada sisi religiusitas bangsa, sebab apapun keunggulan semua sifat pada manusia tidak akan berarti tanpa sebuah kepasrahan yang tinggi terhadap Sang Pencipta. Jadi bangsa Indonesia,sebetulnya tinggal melangkah beberapa langkah saja sebetulnya, sampai-sampai para ulama mengatakan : “Kalau ingin belajar teori agama yang baik datang saja ke Indonesia, lalu kalau ingin melihat praktek agama yang baik , datang saja ke Jepang…”. Tidak percaya ya...lihat saja akhlaq para jemaah dari Jepang yang sedang menunaikan ibadah haji atau umroh, selalu mereka melakukan bersih-bersih sambil membawa keresek besar untuk menampung sampah yang berserakan😍💖

        Sabtu, 04 September 2021

        jalan-jalan ke SD dan SMP



         Jalan-jalan ke SD dan SMP di Jepang



        Menu sarapan, sederhana tapi sehat.

        Hari ini, kegiatan dimulai sekitar jam setengah sembilan dari hotel langsung menuju SD Shimizu Oka, kami diterima oleh Kepala Sekolah dan staf Guru, dilanjutkan dengan diskusi tentang semua permasalahan sekolah dengan persoalan-persoalannya.Rombongan dibagi menjadi 2, Rombongan guru SD mengunjungi kelas-kelas SD dan  Rombongan guru SMP mengunjungi kelas-kelas SMP. Selesai kunjungan kelas, rombongan berdiskusi kembali tentang persoalan-persoalan di sekolah baik di Jepang maupun di Indonesia. Kunjungan dilanjut ke Dewan Pendidikan Kota Shizuoka. Berdiskusi tentang permasalahan pendidikan di Kota Shizuoka.


        Sekolah Dasar di Shimizu Oka

            Lebih dari 99% dari Jepang anak-anak usia sekolah dasar terdaftar di sekolah. Semua anak-anak memasuki kelas 1 pada usia 6 tahun, dan sekolah mulai dianggap sebagai peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak.  Hampir semua pendidikan dasar berlangsung di sekolah umum; kurang dari 1% dari sekolah swasta (karena sekolah swasta cenderung mahal). Kebanyakan sekolah negeri, tidak mewajibkan seragam, namun  harus mengenakan name tag di saku kiri baju. Lalu, biasanya ada juga badge di bahu kirinya, yang warnanya disesuaikan dengan tingkatan kelas (misalnya kuning untuk kelas 1).Tas anak SD dilengkapi dengan peluit kecil (ini dibagikan gratis dari sekolah). Peluit ini diajarkan kepada anak-anak agar ditiup kalo bertemu dengan orang yang mencurigakan  dan mengganggu. Kemudian juga harus membawa thermos air minum tiap hari (karena tidak  ada pedagang kaki lima yang nangkring  di pagar sekolah). Mereka juga diwajibkan untuk membawa mug kecil (wadah air sebagai tempat  kumur2 pada saat sikat gigi sehabis makan siang). Lalu lap tangan dan serbet untuk alas makan siang. Semua alat itu dibawa bolak balik ke sekolah, kecuali sikat gigi dan mug (tapi harus dicuci dahulu setiap kali pulang). Siswa SD di Jepang memiliki tugas melayani makan siang (menuangkan makanan ke piring) teman-temannya (beregu bergantian sesuai piket). Hal ini dilakukan atas dasar  untuk mengajarkan kerjasama tim dari mulai usia dini.  

            Pelajaran di tingkat SD biasanya hanya ada 4 yaitu : Huruf Jepang (menulis dan membaca), Matematika, Olahraga dan Budi Pekerti. Pendidikan dasar di Jepang tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok "compulsoy education”, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP.

        Tentu saja guru tetap melakukan ulangan sekali2 untuk mengecek daya tangkap siswa. Dan penilaian ulangan pun tidak dengan angka tetapi dengan huruf : A, B, C, kecuali untuk matematika. Dari kelas 4 hingga kelas 6 juga dilakukan test IQ untuk melihat kemampuan dasar siswa. Data ini dipakai bukan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan hasil test IQ-nya, tetapi untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa dengan kemampuan di atas normal atau di bawah normal. Perlu diketahui, siswa-siswa di Jepang tidak dikelompokkan berdasarkan kepandaian, tetapi semua anak dianggap `bisa` mengikuti pelajaran, sehingga kelas berisi siswa dengan beragam kemampuan akademik.Compulsary Education (dalam bahasa Jepang disebut ‘gimukyouiku’) atau istilah dalam bahasa Indonesia adalah "program wajib belajar".

        Compulsory Education di Jepang dilaksanakan dengan prinsip memberikan akses penuh kepada semua anak untuk mengenyam pendidikan selama 9 tahun (SD dan SMP) dengan menggratiskan ‘tuition fee’, dan mewajibkan orang tua untuk menyekolahkan anak (ditetapkan dalam Fundamental Law of Education). Untuk memudahkan akses, maka di setiap distrik didirikan SD dan SMP walaupun daerah kampung dan siswanya minim (per kelas 10-11 siswa). Orang tua pun tidak boleh menyekolahkan anak ke distrik yang lain, jadi selama masa compulsory education, anak bersekolah di distrik masing-masing.

            Tentu saja mutu sekolah negeri di semua distrik sama, dalam arti fasilitas sekolah, bangunan sekolah, tenaga pengajar dengan persyaratan yang sama (guru harus memegang lisensi mengajar yang dikeluarkan oleh Educational Board setiap prefecture). Oleh karena itu mutu siswa SD dan SMP di Jepang yang bersekolah di sekolah negeri dapat dikatakan `sama`, sebab Ministry of Education mengondisikan equality di semua sekolah. Saat ini tengah digalakkan program reformasi yang memberi kesempatan kepada sekolah untuk berkreasi mengembangkan proses pendidikannya, tetapi tetap saja dalam pantauan MOE.Dalam pengertian negara maju, compulsory education mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

        1) adanya unsur paksaan agar peserta didik bersekolah,

        2) diatur dengan undang-undang tentang wajib belajar,

        3) ada sanksi bagi orang tua yang membiarkan anaknya tidak sekolah

        4) tolok ukur keberhasilan Wajar adalah tidak adanya orang tua yang terkena sanksi karena telah mendorong anaknya bersekolah. Dengan adanya peraturan ini, maka kewajiban orang tua adalah memberikan pendidikan kepada putra-putrinya baik di sekolah maupun jika dia tidak mau, pendidikan di rumah pun (home schooling) bisa ditempuh.

        Berbeda dengan Wajib Belajar di Indonesia dicirikan:

        1) tidak bersifat paksaan melainkan persuasif

        2) tidak ada sanksi hukum, sekedar sanksi moral

        3) tidak diatur dalam undang-undang tersendiri

        4) keberhasilan diukur dengan angka partisipasi dalam pendidikan

        Sekolah Menengah Pertama di Shimizu Oka

        Tidak seperti siswa SD, siswa SMP memiliki guru yang berbeda untuk mata pelajaran yang berbeda.  Instruksi di SMP cenderung mengandalkan metode ceramah. Guru juga menggunakan media lain, seperti televisi dan radio, dan ada beberapa pekerjaan laboratorium. Semua orang harus belajar karya klasik sejak SMP. Karya tertua yang terkenal adalah GENJI MONOGATARI atau HIKAYAT GENJI yang umurnya 1000 tahun!  Tidak hanya sebatas informasi saja yang diberikan di SMP dan SMU Jepang, namun mereka juga diajari Tata Bahasa Jepang Klasik yang dipakai pada saat HIKAYAT GENJI ini dibuat.Di tingkat SMP dan SMA, sama seperti di Indonesia, ada dua kali ulangan, mid test dan final test, tetapi tidak bersifat wajib atau pun nasional. Di beberapa prefecture yang melaksanakan ujian, final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai test sehari2, ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.

            


        Selanjutnya siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya, tetapi kali ini mereka harus mengikuti ujian masuk SMA yang bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh Educational Board di setiap prefektur. Di Shizuoka prefecture, SMA-SMA dikelompokkan dengan pengelompokan A, B. Pengelompokan tersebut dibuat dalam proses memilih SMA. Setiap siswa dapat memilih satu sekolah di kelompok A dan satu sekolah di kelompok B. Jika si siswa lulus dalam kelompok A, maka secara otomatis dia gugur dari kelompok B. Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang tua atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani konsultasi dalam memilih sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh jepang dengan bidang studi yang sama yaitu, Bahasa Jepang, English, Math, Social Studies, dan Science. Di level ini siswa dapat memilih sekolah di distrik lain.

        Sistem pendidikan Jepang memberikan yang terbaik dan memastikan bahwa para siswa mendapat makan siang yang sehat dan seimbang. Makan siang di sekolah SD dan SMP negeri disiapkan oleh sekolah dan sesuai dengan menu standar yang dimasak tidak hanya oleh koki berkualitas tetapi juga oleh para profesional ahli nutrisi. Para siswa makan di dalam kelas masing-masing bersama-sama dengan guru. Hal ini membantu membangun hubungan guru-murid yang positif. Khusus untuk murid SMP, 70% makanan disediakan di sekolah berupa bento cook,30 % siswa membawa makanannya dari rumah.  Makan Siang Sekolah atau yang dikenal sebagai kyuushoku pertama kali dihidangkan pada tahun 1889 di Periode Meiji dengan etos “Negara Kaya, Militer Kuat” untuk menghidupkan negara.



        Pemerintah menginginkan tentara yang lebih kuat dan tenaga kerja yang lebih baik, serta populasi yang lebih teredukasi agar bisa menyaingi negara Barat. Pemerintah melihat nutrisi menjadi salah satu batu loncatan yang krusial untuk mencapainya. Salah satu jejak historis dari kyuushoku bisa dilihat dari sebuah sekolah dasar di Prefektur Shizuoka yang menyediakan makan siang bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin. Budi pekerti, disiplin, kebersihan, etika dan sopan santun (bukan agama) harus ditanamkan sejak dini. Ajaran-ajaran tersebut bukan hanya diajarkan dalam teori saja, namun harus dipraktekkan dan dilatih setiap hari agar tumbuh menjadi suatu kebiasaan. 

            Setelah kunjungan di sekolah Shimizu Oka, rombongan langsung menuju Dewan Pendidikan Kota Shizuoka. Dari para pemangku jabatan Dewan Pendidikan diperoleh informasi,di Kota Shizuoka terdapat jenis pendidikan untuk anak-anak di sekolah dan rumah belajar.Terdapat cara belajar yang unik di Shizuoka, dewan berusaha mengembangkan komunitas orang-orang yang aktif dalam dunia pendidikan. Ilmu-ilmu yang dikembangkan meliputi sejarah, budaya, pencegahan bencana, meningkatkan kemampuan bahasa inggris,

        Rekomendasi

        Pada kegiatan makan siang sekolah disebut kyuushoku ( ), siswa dilibatkan secara langsung mulai dari proses penyediaan makan siang hingga proses penyelesaiannya, disini terlihat bahwa team work yang kompak dibentuk oleh Jepang sejak warga mereka masih belia, sebuah hal yang patut dicontoh dalam dunia pendidikan di Indonesia. 


         Makan siang khas sekolah memiliki karbohidrat, yang bisa berupa nasi, roti atau pasta / mie dari beberapa jenis; 1 atau 2 protein (tidak selalu ikan); beberapa sayuran; Dan sering sup dari beberapa macam. Terkadang ada makanan kecil juga, seperti puding karamel atau sejenisnya. Sebuah wadah atau botol susu selalu disertakan. Ini diprakarsai oleh pemerintah federal pada periode pascaperang, berdasarkan keyakinan bahwa susu sangat penting bagi kesehatan anak-anak, dan berlanjut sampai hari ini. Dari komposisi jenis makanan yang disediakan, pemerintah bisa mengontrol tingkat kesehatan warganya,bahkan dapat mengantisipasi hal-hal buruk yang terjadi pada kesehatan warganya. Semua ini tentu menjadi contoh projek yang dapat dilakukan oleh pemerintahan kita. Dengan istilah apapun namanya, mengadopsi program-program dari Negara ini bukan hal yang tidak mungkin untuk kita coba.

        Ada hal menarik khusus yang tertuju pada rombongan, yaitu penggunaan sandal tradisional yang diberikan pada para tamu sekolah. Begitu tamu hendak menuju ruangan di sekolah,semua tamu harus melepas sepatu masing-masing dan menggantinya dengan sandal tradisional. Ide sederhana untuk menjaga kebersihan sekolah tentunya, mungkin cara-cara sederhana lainnya boleh juga dijadikan projek baru di sekolah-sekolah kita di Indonesia.

        Pendidikan di Jepang mencakup pendidikan formal di sekolah, pendidikan moral di rumah, dan pendidikan masyarakat (pendidikan seumur hidup). Wajib belajar pendidikan dasar dan menengah berlaku untuk penduduk berusia 6 tahun hingga 15 tahun. Penduduk terdaftar yang memiliki anak usia wajib belajar akan menerima pemberitahuan untuk memasukkan anak ke sekolah. Sebagian besar lulusan sekolah menengah pertama melanjutkan ke sekolah menengah atas.

        Sekolah negeri atau sekolah umum (公立学校 kōritsu gakkō) diselenggarakan oleh pemerintah prefektur atau pemerintah kota, dan kadang-kadang oleh pemerintah pusat. Sebagian besar sekolah dasar negeri dan sekolah menengah pertama negeri dikelola pemerintah kota. Sebagian besar sekolah menengah atas dikelola oleh pemerintah prefektur, dan kadang-kadang oleh pemerintah kota. Sekolah swasta (市立学校 shiritsu gakkō) diselenggarakan oleh badan hukum. Hal ini tidak jauh berbeda dengan di Indonesia,namun karena pemerintan daerah di Indonesia jauh berbeda kemampuan anggarannya untuk satu daerah dengan daerah lainnya, alangkah lebih baik pendidikan di Indonesia tetap diselenggarakan sepenuhnya oleh pemerintahan pusat. Semakin jauh diurus oleh pemerintahan daerah, maka penyerapan penguatan pendidikan karakter yang ingin ditanamkan oleh pemerintahan akan sulit terselenggara.

        Struktur pendidikan

        Tahun ajaran dimulai bulan April. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari Senin hingga Jumat (sekolah negeri) atau Sabtu (sekolah swasta). Satu tahun ajaran dibagi menjadi 3 caturwulan yang dipisahkan oleh liburan singkat musim semi dan musim dingin, serta liburan musim panas yang lebih panjang. Lama liburan sekolah bergantung kepada iklim tempat sekolah tersebut berada. Otomatis pendidikan dasar di Jepang lebih lama mengalami musim liburan,berbeda dengan di Indonesia, masa liburan hanya di tempuh dalam 2 kali akhir semester,alangkah baiknya liburan anak sekolah juga diisi dengan program –program out door semisal home stay di rumah penduduk, berlibur di suatu desa , dimana siswa diharapkan belajar di kehidupan nyata untuk memantapkan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan.

        yang sering mampir disini

        Potongan Video

          B agaimana pendapat PBB tentang penjajahan? PBB telah mengeluarkan berbagai pernyataan dan resolusi yang menegaskan prinsip-prinsip anti-p...

        paling populer