Junior High School at Otsuko, University of Tsukuba
Short Course terakhir
Hari ini hari ke 21 (dua puluh satu), tepatnya hari Senin tanggal 1 Mei 2017, kami akan mengunjungi tempat yang amat eksotis menurut saya sih, yaitu Junior High School at Otsuko, University of Tsukuba. Mengapa eksotis ? Ya karena saya belum pernah ke kampus semacam ini di Indonesia,tentu banyak bedanya. Kami akan belajar bersama penyaji Wakil Kepala Sekolah Internasional School of Tsukuba University dengan topik Studi Lingkungan di Jepang.
Aktivitas :
- Rombongan berangkat dari hotel setelah sarapan pagi menuju sekolah Junior High School at Otsuko, University of Tsukuba.
- Rombongan melakukan Lesson study di beberapa kelas Sains dan Matematika.
- Selanjutnya melakukan diskusi dengan staff guru tentang semua permasalahan pembelajaran di Junior High School at Otsuko, University of Tsukuba, sambil membandingkan dengan sekolah di Indonesia
- Kegiatan hari ini berakhir dengan kunjungan ke KBRI
Rangkuman Materi :
- Sekolah ini termasuk SMP tertua di Jepang dengan usia 130 tahun, dimana seluruh pengajar disini merupakan lulusan pasca sarjana , sehingga sangat wajar para gurunya sudah membuat teksbook sendiri, dan kurikulum di sekolah ini sering dijadikan rujukan untuk kurikulum sekolah lain di Jepang.
- Jumlah kelas untuk tingkat SMP berjumlah 5 kelas, dengan jumlah murid setiap kelas 40 orang, dan pada tingkat SMA berjumlah 6 kelas, dengan jumlah murid setiap kelasnya 40 orang juga. Sehingga jumlah total seluruh anggota sekolah berjumlah 1300 orang termasuk guru dan pengajarnya.
- Khusus untuk Penelitian
Kelas terbuka untuk umum, setahun sekali di musim gugur, dengan tema mengintegrasikan kurikulum pendidikan primer dan sekunder. Lebih dari 500 orang dari seluruh negeri mengunjungi sekolah tersebut untuk mengamati kelas dan mendiskusikan penelitian pendidikan mereka.
Pusat penelitian untuk program gelar pendidikan
Pusat penelitian didirikan pada tahun 1965. Ini berfungsi sebagai arsip untuk literatur berbahasa Jepang dan luar negeri yang digunakan dalam kegiatan penelitian sehari-hari.
- Sebagai sekolah menengah pertama yang berafiliasi dengan Universitas Tsukuba, sekolah menyediakan siswa dengan pendidikan reguler sesuai perkembangan mental dan fisik para siswa. Pendidikan diberikan pada landasan dasar sekolah dasar yang mendasar. Sekolah bekerja sama dengan Universitas Tsukuba untuk melakukan penelitian tentang pendidikan siswa. Juga, sekolah menerima guru peserta pelatihan dari universitas, sesuai dengan rencana tahunan universitas. Sekolah ini menawarkan kursus tiga tahun, dengan kelas co-education.
Ada lima kelas di setiap kelas, 40 siswa di setiap kelas. Jumlah siswa adalah 600 orang.
- Semua kegiatan pembelajaran berfokus pada siswa.
Pada proses pembelajaran sains Biologi, terlihat siswa aktif mengikuti kegiatan dengan masing-masing mikroskop, satu siswa – satu mikroskop, lalu siswa diminta untuk mendeskripsikan hasil penelitiannya berupa gambar dan ulasan singkat.
Sehingga jelas terlihat, seluruh proses kegiatan belajar mengajar terfokus pada siswa, bahkan seluruh kegiatan yang menyangkut intra dan ekstra kurikuler, siswa yang menjadwalkan juga merencanakannya. Sedangkan seluruh sarana dan prasarana di sekolah ini tidak jauh berbeda dengan SMP lain di Jepang. Begitu juga dengan jadwal dan kegiatannya.
Kunjungan ke KBRI :
Di sela minggu terakhir, Rombongan berkunjung ke KBRI , pertemuan diadakan selepas magrib,dilanjutkan dengan diskusi pendidikan di Jepang dengan membandingkannya dengan pendidikan di Indonesia. Diskusi berlangsung sangat hangat dan Indonesia banget gitu lho.. Rasa kangen dengan tanah air, cukup terobati. Trimakasih buat Bapak dan Ibu Dubes dengan seluruh karyawannya yang telah menjamu kami dengan makan malam yang nikmat.
Rekomendasi
Sistem Lab School yang diterapkan Universitas Tsukuba pada sekolah-sekolah afiliasinya terbukti berhasil, dengan diakuinya SMP Otsuka sebagai salah satu sekolah terbaik dengan standar kualitas siswa dan tenaga pengajar yang tergolong tinggi, bahkan untuk standar Jepang. Metode ini sebaiknya diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia dengan pengawalan yang lebih serius, mengingat ada beberapa LPTK yang juga memiliki sekolah binaan namun dari segi kualitas belum ada yang terkenal dan diakui hingga level nasional seperti halnya SMP Otsuka. Bahkan sekolah labschool di Indonesia masih belum menjadi minat utama masyarakat. Sebagai institusi penghasil guru, LPTK seharusnya kaya dengan berbagai metode pendidikan yang mumpuni hasil dari penelitian dan eksperimen yang dilakukan oleh LPTK yang dapat diaplikasikan dalam bentuk berbagai ujicoba di sekolah-sekolah binaannya.
Foto- Foto
Konten ini saya buat untuk orang-orang yang sangat baik kepada saya :
1. Kang Prana
2. Kang Hendra
3. Pak Andri
4. Bu Dianni
5. Juga semua pihak yang menolong saya berangkat ke Jepang.
“Semoga Allah SWT memberi pahala yang berlipat. Aamiin.”
Irawati Sukarmadji
Berikutnya kita akan menjelajah tempat lain, insya Allah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar