Lab School Shizuoka University ,School of Education
Hari ke 16, tepat di hari Rabu 26 April, kami mengunjungi SD dan SMP LabSchool di lingkungan Universitas Shizuoka, ngga beda jauh dengan labschool yang ada di UPI Bandung, kira-kira begitu deh. Rombongan berangkat setelah sarapan pagi di hotel menuju SD dan SMP LabSchool di lingkungan kampus Universitas Shizuoka.
tempat sarapan |
Saya kasih pengantar dulu yah..
- Sekolah Dasar:
Pelajaran di Jepang bagi anak-anak kelas 1 adalah Kokugo (Bahasa Jepang), Sansu (Matematika), Zukou (Seni), Ongaku (Musik), Seikatsu (Pengetahuan tentang kehidupan), Taiiku (Olahraga), Dotoku (Etika), Untuk termin pertama, anak-anak hanya belajar hiragana saja. Mereka mulai belajar kanji pada termin kedua. Pada termin pertama, matematika hanya mempelajari penjumlahan dan pengurangan sebanyak dua digit . Setiap malam anak diharuskan melakukan Ondoku (membaca cerita dengan suara keras). Ini gunanya melatih anak untuk melafalkan hiragana/katakana dengan jelas dan benar. Hampir setiap hari sekolah memberikan kertas yang berisi informasi-informasi penting. Ada pula buku penghubung antara guru dan orang tua yang disebut renraku cho.
Di Jepang yang utama diajarkan kepada para siswa adalah etika, etika adalah sistem yang membentuk pribadi-pribadi Jepang menjadi peka terhadap sesama. Bila kita perhatikan orang Jepang, mereka sangat jarang berbicara kasar,tidak mudah menghakimi orang lain, tidak sok pintar sendiri, dan sangat kuat dalam mengelola emosi pribadinya. Sehingga tanpa aturan tertulispun masyarakat Jepang sudah sangat paham dengan apa yang harus mereka terapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
SD di Jepang tidak ada sistem kenaikan kelas berarti tidak ada murid yang bodoh dan tidak ada murid yang pintar. Semua anak merasa dirinya mampu dan terus berusaha. Tidak ada yang merasa rendah diri. Tidak adanya sistem kenaikan kelas juga membuat anak fokus untuk terus melanjutkan pelajaran berikutnya. Mereka tidak dihantui perasaan takut dan khawatir. Hal ini menjadikan anak lebih positif menilai diri dan masa depannya. Mereka yang tidak menggondol predikat juara belum tentu tidak sukses dalam hidupnya. Dan mereka yang selalu berada di puncak kelas pun belum tentu sukses di masa mendatang. Dengan tidak adanya sistem kenaikan kelas bukan berarti tidak ada laporan tentang perkembangan anak di sekolah. Di akhir termin, guru memberikan laporan yang diklasifikasikan secara detil dalam dua kategori, yaitu : baik (dekiru) dan perlu ditingkatkan (mou sukoshi).
Sekolah Menengah Pertama (Chūgakkō):
Murid SMP diajarkan pendidikan bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa asing, ilmu-ilmu sosial, matematika, sains, musik, kesehatan, pendidikan jasmani, seni, industri, kesejahtraan keluarga, homemaking. Semua pelajaran tersebut diberikan pada hari-hari berbeda dalam seminggu tanpa ada pengulangan mata pelajaran yang sama dalam seminggu. Pada pelajaran mengenai ilmu sosial murid-murid SMP juga diberikan pendidikan moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dll. Setiap mata pelajaran di kelas dipimpin oleh guru-guru yang berbeda sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Untuk pendidikan wajib (SD dan SMP) tidak dikenakan biaya apapun terkecuali untuk biaya makan siang, kunjungan lapangan, tamasya, dan alat tulis menjadi tanggungan orang tua murid masing-masing.
Pada pendidikan wajib Jepang memiliki prosedur yang sama dengan negara Indonesia dimana siswa harus melewati jenjang secara bertahap, murid tidak diperbolehkan mengambil jenjang keatas sebelum tuntas pelajaran, murid bisa tinggal kelas apabila tidak memenuhi nilai-nilai yang layak atau dianggap belum mampu menguasai ilmu-ilmu yang diberikan guru kelas.
Pendidikan menengah di Jepang terdiri dari dua level yaitu SMP dan SMA. SMP merupakan wajib belajar. Seperti halnya di SD, SMP-SMP jepang 97% merupakan sekolah negeri dan hanya 3% saja yang dikelola oleh swasta. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh swasta biasanya memiliki ciri khas seperti keagamaan. Guru di sekolah Menengah Pertama mempunyai pendidikan sarjana dengan sertifikat kelas dua. Seperti halnya di sekolah dasar sertifikat hanya berlaku selama satu tahun selebihnya harus mengikuti ujian kembali.
Sejalan dengan pendidikan di Sekolah Dasar pendidikan di SMP bertujuan menitikberatkan pada pendidikan mental dengan tingkatan yang lebih tinggi. Pada level ini siswa diberikan pembelajaran vokasional dan bahasa. Mata pelajaran terdiri atas mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran pilihan bersifat ”efektif” dan yang paling banyak digunakan adalah bahasa Inggris. Beberapa mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Menengah Pertama adalah bahasa nasional, sosial,etika, bahasa Inggris, pengetahuan alam, olahraga, menulis, lompat tali, seni, koperasi, renang, dan lari jarak jauh.
Pemerintah jepang sangat peduli dengan wajib belajar sembilan tahun. Usaha pemerintah jepang agar seluruh anak di jepang dapat bersekolah sampai SMP tidak memandang apakah anak tersebut warga negara jepang maupun warga negara asing yang sedang berada di Jepang. Secara otomatis kantor kelurahan akan memanggil orang tua yang memiliki anak dalam usia wajib belajar. Berikut ini adalah proses yang harus dilakukan oleh warga asing jika mempunyai anak dalam usia wajib belajar
1) Menentukan alamat tempat tinggal
2) Mendaftarkan kependudukan warga negara asing
3) Menerima kartu kependudukan warga negara asing
4) Mendaftarkan untuk masuk sekolah pada kantor kelurahan setempat
5) Menerima surat ijin masuk sekolah dari departemen pendidikan kelurahan setempat.
Oke, saya lanjutkan perjalanan rombongan...Ketika rombongan guru tiba di sekolah Labschool Shizuoka, seluruh rombongan harus melepas sepatu lalu harus menggunakan sandal khas Jepang yang dikenal dengan sebutan surippa. Sepatu khusus yang digunakan di dalam area sekolah, yang digunakan oleh siswa Sekolah dari TK, SD, SMP, SMA di Jepang adalah uwabaki, digunakan
ketika memasuki gedung sekolah. Awalnya mereka datang ke sekolah dengan sepatu sekolah dari rumah, begitu memasuki gedung, mereka menukarnya dengan uwabaki yang sudah disediakan oleh sekolah di loker penyimpanan sepatu. Penggunaan uwabaki di area gedung sekolah bertujuan agar kebersihan gedung sekolah tetap terjaga.
- Ada beberapa kondisi berbeda pada sekolah dasar dan menengah di LabSchool Shizuoka University, yang jelas-jelas berbeda dengan kondisi sekolah SD atau SMP di Indonesia, antara lain :
1) Fasilitas sekolah yang sederhana namun diberikan kepada siswa sesuai kebutuhan siswa.
Rak tempat menyimpan lap, sepele tapi penting |
Fasilitas untuk aktivitas siswa, meski terkesan simple namun amat dibutuhkan dalam kegiatan siswa sehari-hari untuk menumbuh-kembangkan karakter yang positif. Misalnya handuk-handuk kecil untuk membersihkan kelas terlihat berjejer di rak handuk khusus yang diletakkan disamping kelas. Setiap selesai pembelajaran,siswa langsung membersihkan seluruh kelas dengan handuk- handuk kecil tersebut, sehingga kelas akan bersih,siap digunakan kembali pada keesokan harinya.
3) Ruang kelas, meskipun sangat minimalis,tetapi suasana kelas tetap ceria, siswa gembira menjalankan kegiatan belajar. Pada saat rombongan meninjau kelas, para siswa sedang melakukan eksperimen merangkai susunan listrik rangkaian seri sambil mengukur kuat arus listriknya menggunakan Amperemeter, berarti fasilitas laboratorium sekolah lumayan lengkap.
4) Fasilitas olah raga bela diri ditempatkan pada ruang khusus dengan lantai yang lembut. Ruangan ini dimanfaatkan untuk olahraga beladiri seperti yudo, sumo, karate, dsb. Ada satu lagi ruang olah raga dengan ukuran yang lebih luas, seperti aula yang ada di Indonesia,namun kondisinya lebih nyaman dan lebih banyak dimanfaatkan untuk ruang pertemuan, atau olah raga aerobic semacam sepak bola, badminton, tennis,dsb.
5) Fasilitas perpustakaan.
6) Papan tulis tempat untuk memajang karya siswa.
7) Karena Jepang adalah Negara yang sering dilanda gempa bumi, maka sekolah labschool Shizuoka ini dilengkapi dengan peralatan untuk menghadapi bencana yang tiba-tiba muncul seperti alarm otomatis dengan helm penyelamat.
Rekomendasi
Apa yang terlihat dari sekolah dasar maupun sekolah menengah di Jepang, dari segi sarana maupun prasarana sebetulnya tidak lebih unggul dibanding dengan sekolah-sekolah di Negara Barat ataupun Negara Asia lainnya; namun ada yang lebih bermakna yaitu bahwa Jepang memfasilitasi sekolah-sekolah mereka dengan sarana dan prasarana yang benar-benar diperlukan untuk character building bangsa mereka. Sebagai contoh, sekolah negri di kota besar Indonesia biasanya menggunakan layar proyektor pengganti papan tulis, namun di Jepang cukup dengan teknologi sederhana seperti TV dengan ukuran besar- mereka melakukan pembelajaran siswanya dengan penuh makna. Bahkan Prof. Kumano memperlihatkan beberapa laptop kuno yang masih digunakan oleh para siswa untuk pembelajaran.Jadi,apapun sarana yang ada disekolah-sekolah di Indonesia, itu sudah lebih cukup untuk menjalankan proses-proses pembelajaran yang bermakna, bahkan untuk membangun character building sekalipun.