Translate

Tampilkan postingan dengan label traveling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label traveling. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Agustus 2021

Short Course yang sesungguhnya (5)

 

The course of study in Japan 

Tak terasa saya memasuki hari ke sebelas,tepat tanggal 21 April 2017, perjalanan kami masih dipenuhi oleh perkuliahan yang melelahkan. Hari ini kami mengikuti perkuliahan Prof. Isao Murayama,dengan tema The course of study in Japan (from a problem solving point of view) atau Kursus studi di Jepang (dari sudut pandang pemecahan masalah).

Aktivitas rombongan dimulai setelah sarapan pagi di hotel Assen Plaza, sampai di kampus jam 10.16 ,rombongan langsung diterima oleh prof.Kumano Yoshisuke. Rombongan masuk keruang kelas 217B, menerima perkuliahan dari Prof. Isao Murayama.
Selesai perkuliahan,peserta laki-laki melakukan shalat jum’at disebuah mushala di tengah kota.



















Selesai shalat jum’at dan makan siang  peserta mengunjungi Museum Art , Museum Prefektur Shizuoka,terletak dekat kampus Universitas Shizuoka, tetapi karena harga karcisnya cukup mahal buat peserta (1200 yen),maka kami berubah niat hanya berjalan-jalan di sekitar taman museum yang tidak kalah menarik. Di taman terdapat patung-patung seni yang cukup artistic, juga pohon-pohon rindang diselingi pohon sakura yang masih berbunga lebat. Selesai berkunjung ke museum rombongan kembali ke hotel,makan sore di hotel melalui pesanan. 

Bila saya kilas balik ke perkuliahan Prof. Isao Murayama, ternyata sistem pendidikan di Indonesia dan sistem pendidikan di Jepang jauh berbeda. Di negara Jepang, pendidikan benar-benar diperhatikan hingga detilnya, sedangkan di Indonesia hanya membahas mata pelajaran wajib. Maka wajar bangsa tersebut memiliki peringkat dalam pendidikan dan teknologi internasional. Seandainya negara Indonesia melirik sistem pendidikan Jepang, tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia memiliki SDM yang benar-benar berkualitas dalam jumlah yang banyak.

Di Indonesia, pendidikan wajib hanya sembilan tahun. Pendidikan di Jepang terdiri dari sistem 6-3-3-plus yaitu enam tahun Sekolah Dasar, tiga tahun SMP, dan tiga tahun SMA, plus 2-4 tahun kuliah; 1-4 tahun kuliah pelatihan khusus (special training college). Sembilan tahun pendidikan pada Sekolah Dasar dan SMP adalah wajib (usia 6-15 tahun), dan tidak dikenakan biaya sekolah selama periode ini. Semua anak yang telah mencapai usia 6 tahun pada 1 April tahun ajaran tersebut layak untuk mendaftar pada tingkat pertama di sekolah dasar. Kalau di Indonesia kan wajib sekolah pas umur 7 tahun ya.

Di Sekolah Dasar, murid belajar Bahasa Jepang, pelajaran lingkungan hidup, musik, menggambar dan kerajinan tangan, ilmu sains, ilmu-ilmu sosial, aritmatik, homemaking, dan pelajaran kesegaran jasmani. Mereka juga akan menerima pelajaran pendidikan moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dan pelajaran-pelajaran topik (topic studies). Murid SMP belajar Bahasa Jepang, ilmu-ilmu sosial, matematika, ilmu-ilmu sains, musik, kesehatan dan pendidikan jasmani, seni industri, homemaking, dan bahasa asing. Mereka juga akan menerima pelajaran pendidikan moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dan pelajaran-pelajaran topik (topic studies). Hampir semua sekolah mengajarkan Bahasa Inggris sebagai bahasa asingnya.

Disekolah dasar, kelas dipegang dan dibimbing guru kelas seperti di negara kita,di SMP ada guru mata pelajaran masing-masing untuk satu pelajaran Orangtua tidak dipungut biaya, hanya diminta biaya untuk makan siang, kunjungan lapangan,dan studi tur, tidak beda jauh lah dengan di kita. Alat tulis juga menjadi tanggungan ortu.Berbeda dengan Indonesia yang selalu melakukan pembayaran SPP per bulan, terutama untuk sekolah-sekolah swasta.Ditambah lagi dengan biaya tambahan untuk fotocopy soal,buku cetak, pembelian buku kerja siswa, dan lain sebagainya.Di pendidikan wajib Jepang, seorang murid tidak dapat loncat kelas yang berbeda dengan pendidikan Indonesia. Mereka harus melewati mulai dari kelas 1 ke kelas 2, 2 ke 3, 3 ke 4 dan seterusnya. Murid juga tidak harus mengulang tingkat yang sama. Akan tetapi jika murid kehilangan waktu belajar akibat sakit atau sebab-sebab lain, mereka bisa tinggal di tingkat yang sama. Untuk melanjutkan ke SMA setelah menyelesaikan pendidikan wajib, murid harus lulus ujian saringan masuk. Ketika seorang murid mendaftar di sekolah dasar atau SMP, mereka akan ditempatkan di tingkat yang sesuai dengan umurnya. Ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan karena tahun ajaran sekolah terkadang berbeda tergantung pada negara masing-masing.Adapun perbedaan lain antara Indonesia dan Jepang dari segi seragam sekolah, transportasi, dan bangunan sekolah. Di Jepang,pemakaian seragam sailor pertama kali disahkan sejak tahun 1921. Sekolah Kinjou Gakuin di Aichi yang memutuskan menggunakan seragam sailor. Adapun anak laki-laki mereka berseragam seperti tentara Jepang dulu, lengkap dengan topinya yang disebut dengan 'gakuran'. Alasan penggunaan seragam tersebut adalah untuk memudahkan siswa-siswi untuk melakukan berbagai aktivitas. Selain itu, seragam sekolah Jepang lekat dengan pemakaian jas yang dianggap lebih membuat kesan rapi, sopan, dan mewah.

Bedanya dengan seragam yang ada di Indonesia adalah seragam memiliki tiga warna dan satu model. Warnanya terdiri dari merah putih, pramuka, dan biru dongker atau abu-abu. Warna yang membedakan perbedaan jenjang pendidikan adalah antara seragam yang berwarna merah putih (SD), biru (SMP), dan abu-abu (SMA), sedangkan seragam pramuka wajib digunakan semua jenjang kecuali tk pada hari Jumat atau Sabtu.

            Di Jepang, anak sekolahan dari tingkat dasar hingga tingkat atas dilarang keras menggunakan kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun mobil, kecuali menggunakan angkutan bis siswa (umumnya untuk anak taman kanak-kanak dan sekolah dasar).

Sedangkan di Indonesia, anak sekolah menengah pertama pun dibiarkan untuk naik sepeda motor padahal belum cukup umur untuk menggunakan kendaraan ini. Mereka bahkan terlihat begitu bangga memperlihatkan motor dan mobil mereka kepada orang lain yang bisa saja membuat orang lain miris akan hal tersebut. Tapi hanya sedikit kasusnya saya kira

            Di Jepang, gedung atau bangunan pendidikan terlihat modern. Sekolah di Jepang mayoritas memiliki gedung olahraga yang luas dan lengkap, dan lapangan sekolahnya biasanya digunakan untuk acara-acara sekolah dan festival sekolahan serta untuk upara bendera. Toiletnya pun sangat terjaga kebersihannya. Untuk kebersihan kelas, biasanya setelah jam pulang sekolah sekitar pukul 3 sore seluruh siswa dikelas bergotong royong membersihkan kelas, menyapu, mengelap kaca, mengepel lantai, mengatur atribut kelas (meja dan kursi diatur rapi) sehingga pada keesokan harinya, tidak repot membersihkan kelas yang masih kotor dan halaman yang berhamburan sampah.Tidak seperti di Indonesia, lapangan upacara dijadikan banyak fungsi, baik olahraga, acara sekolah, fastival sekolahan, dll. Toiletnya pun dibiarkan kotor setelah digunakan, dan biasanya setelah lonceng pulang berbunyi, langsung keluar kelas dan buru-buru pulang. Sehingga pada keesokan harinya, sekalipun saat jam pelajaran sedang berlangsung, masih ada yang sibuk membersihkan ruang kelas. Kecuali ada banyak sekolah yang kebersihannya diserahkan pada penjaga sekolah atau cleaning services khusus, terutama dilakukan oleh sekolah-sekolah kalangan orang berduit.

            Jam masuk di Jepang adalah pukul 08.00 pagi sampai pukul 03.00 sore dan di Indonesia umumnya adalah pukul 07.00 sampai pukul 02.00 siang. Kalau di Jepang sekali siswa terlambat akan diminta untuk membuat surat perjanjian tidak akan mengulangi lagi. Jika mengulanginya lagi akan diberikan sanksi skorsing.

Sedangkan di Indonesia tidak. Saat ada anak yang terlambat masuk kesekolah hanya meminta surat ijin masuk sekolah dan mendapatkan sedikit hukuman namun tetap diijinkan masuk ke sekolah keesokan harinya. Tapi ada juga sekolah yang super ketat kedisiplinan nya, ada juga yang suka-suka bagaimana gurunya saja...😀

Itulah sebagian dari perbedaan sistem pendidikan Indonesia dengan sistem pendidikan Jepang. Tidak heran negara Jepang menjadi negara yang begitu maju dan memiliki peringkat kelima setelah Finlandia, Korea Selatan, dan Hongkong. Lalu disusul dengan Singapura dan Inggris berdasarkan tabel Liga Global yang diterbitkan oleh Firma Pendidikan Pearson lalu.

Pada dasarnya proses pendidikan di Jepang dan di Indonesia saat ini ,tidak berbeda jauh,hanya saja pendidikan di Jepang lebih mendahulukan pendidikan karakter kemudian konten baru diberikan setelah penanaman karakter diberikan sejak dini. Untuk hal satu ini, Indonesia perlu meniru gaya atau pola pendidikan seperti ini. Karakter adalah modal utama manusia untuk hidup di lingkungan dimana ia berada. Tanpa karakter yang benar seseorang tidak akan memberi manfaat terhadap lingkungan kehidupannya, sehingga penilaian karakter di sekolah-sekolah di Indonesia harus terukur dan valid. Namun pada kenyataannya para guru masih subjektif dalam proses pemberian nilai sikap siswa,karena pendidikan karakter di Indonesia baru saja dimulai, dan proses pembelajarannya di tingkat dasar harus benar-benar dirumuskan agar sesuai kebutuhan siswa kelas dasar. Untuk itu ada beberapa masukan untuk pembentukan karakter yang ingin dicapai dari pendidikan di Indonesia. Agar pendidikan di usia awal (PAUD), dimulai dari pembelajaran karakter agar siswa menjadi religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas . Ketika di awal usia anak karakter sudah terbentuk,dengan sendirinya proses pembelajaran karakter itu akan melekat hingga anak menjadi dewasa. Konten pelajaran disarankan jangan terlalu banyak, karena bila usia tidak sesuai dengan apa yang dicerna, pembelajaran tidak akan bermakna,bahkan hanya membuang-buang waktu saja.Sebaiknya guru-guru Indonesia lebih sering dikirim langsung ke Negara-negara maju,agar mereka dapat mempelajari etos kerja SDM Negara lain, sehingga para guru mendapatkan referensi yang sangat representative untuk kemajuan pendidikan bangsa.

Proses pembelajaran di sekolah harus bertumpu pada proses inkuiri dan berdasarkan masalah sehari-hari, sehingga siswa kelak menjadi SDM yang mandiri,senang pada sesuatu yang baru,senang melakukan inovasi dan juga sopan dan ramah pada siapapun.



            

     

 

 

 


            

    

yang sering mampir disini

Break lagi : Siriwil terus ber ulah

Open sidebar ChatGPT  3.5 You Let's start improving my geography skills by quizzing me on world capitals. You can start by asking me the...

paling populer