Mathematic Education in Japan
Saya coba susun ulang agenda kegiatan kami dari episode Gunung Fuji-Shinkansen-dan Bunga Sakura, yang urgen saja saya ceritakan, sedangkan sisa waktu lainnya kami fokuskan untuk menyesuaikan diri ditengah lingkungan budaya yang berbeda
1.
Hari ke : 10 (sepuluh)
2.
Hari / Tanggal : Kamis / 20 April 2017
3.
Waktu : 10.00 – 12.00
4.
Tempat : Shizuoka University
5.
Penyaji : Prof. Shinichiro Matsumoto
6.
Topik :
Mathematic Education in Japan
Aktivitas yang utama kira-kira begini :
- Selesai sarapan pagi berangkat ke
Universitas Shizuoka jam 9.00 pagi,sampai di Universitas jam 10.00,perjalanan lebih lancar karena sehari sebelumnya kami sudah berkunjung ke kampus ini,kami langsung
mengikuti perkuliahan oleh Prof Matsumoto dengan tema Pendidikan Matematika di
Jepang, ada banyak kendala karena dosen sangat sedikit menggunakan bahasa
Inggris. Untung sekali kami didampingi oleh penerjemah yang lincah dan cerdas, maka apa yang menjadi pembicaraan di kelas, minimal saya sedikit memahaminya dibanding hanya mendengar orang-orang yang bercakap-cakap dengan bahasa "alien", masya Allah..sebuah pengalaman menakjubkan😍😍
- Selesai perkuliahan kami berangkat ke
museum sains dan teknologi Odoroki.
- Menjelang sore,rombongan berangkat ke
kebun Strawberi di pinggir pantai Shizuoka.
Rangkuman Materi
1. Perkuliahan oleh Prof. Matsumoto :
Profesor Matsumoto termasuk team dalam
penyusun kurikulum di Jepang sejak tahun 2008,beliau juga sebagai editor
buku-buku pelajaran matematika di Jepang yang diterbitkan oleh para penerbit
dan di cek oleh kementrian Jepang.
Pada pembelajaran matematika di Jepang,
teaching material (lesson study) , proses awal dilihat dahulu kemampuan siswa ,
setelah itu ditentukan buku apa yang akan dipergunakan siswa. Proses pembelajarannya
menggunakan active learning,dimana siswa mengeksplor sendiri sebuah konsep
dengan menerapkan semua kemungkinan kemampuan siswa,lalu siswa mempresentasikan
hasil kerjanya atau projeknya maupun tugas-tugas yang diberikan guru,guru
memberikan arahan,dan tidak pernah memberikan clue langsung kepada siswa.
Proses pembelajaran berfokus pada siswa dan bermakna.
Contoh
lain :
-
Pembuatan Lesson Plan
Bagian terpenting dari sebuah
perencanaan untuk suatu pembelajaran adalah Kyozai
– kenkyu. Kyozai kenkyu berpegang pada analisa yang sangat hati-hati pada
sebuah topic yang berkaitan dengan objek pembelajaran (Shimizu,2002).
Langkah-langkah |
Aktivitas
Pembelajaran Utama |
Antisipasi
respon dari siswa |
Ucapan
pada pembelajaran |
- Menentukan masalah
- Pemecahan masalah oleh siswa secara
individual
- Diskusi seluruh kelas
- Penambahan (latihan/tambahan |
|
|
|
- Presentasi masalah;
Hatsumon.
Hatsumon berarti mengajukan pertanyaan kunci yang memprovokasi pemikiran siswa
pada titik tertentu dalam pelajaran. Pada awal pelajaran, guru mungkin
mengajukan pertanyaan untuk menyelidiki atau mempromosikan pemahaman siswa
tentang masalah tersebut.
- Pemecahan masalah individu oleh siswa;
Kikan
shido. Kikan shido berarti instruksi di meja siswa dan
mencakup pemindaian tujuan oleh guru dari proses pemecahan masalah individual
siswa.
- Diskusi kelas penuh dengan metode
pemecahan masalah;
Neriage.
Neriage berarti menguleni atau memolesnya.
Matome.
Matome berarti menyimpulkan.
Secara umum, di tahap Matome, guru
mengulas apa yang telah didiskusikan siswa dalam diskusi kelas penuh dan
merangkum apa yang telah mereka pelajari selama pelajaran berlangsung.
- Membandingkan banyak gagasan dalam
pemecahan masalah matematika anak-anak.
Penekanan pada praktik papan tulis
(bansho)
Karakter penting lain dari pelajaran
matematika Jepang adalah penggunaan ekspresi matematis, gambar, dan diagram
pada papan tulis berukuran besar .
Ruang kelas Jepang dilengkapi dengan
papan tulis besar di bagian depan. Yoshida (2005) merangkum bagaimana guru
Jepang menggunakan papan tulis selama pelajaran matematika sebagai berikut:
• Untuk menyimpan catatan pelajaran
• Membantu siswa mengingat apa yang perlu
mereka lakukan dan pikirkan
• Membantu siswa melihat hubungan antara
berbagai bagian pelajaran dan kemajuan
Pembelajaran
· Membandingkan,
kontras, dan mendiskusikan gagasan yang dihadirkan siswa
• Membantu mengorganisir pemikiran siswa
dan penemuan gagasan baru
• Memupuk keterampilan mencatat siswa yang terorganisasi dengan memodelkan organisasi yang baik
Diskusi yang membandingkan dan mensintesis beberapa metode solusi yang berbeda menuntut bahwa siswa tidak hanya memperjelas ide di balik setiap metode dan membenarkan kecukupan masing-masing. Penting juga untuk memeriksa keterbatasan masing-masing metode. Untuk memfasilitasi diskusi semacam itu, guru di Jepang menggunakan papan tulis sebagai alat bantu visual bagi siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi di semua nilai sambil mempertimbangkan tingkat pemahaman matematika dan keterampilan komunikasi mereka (Lihat Gambar ). Karena praktik papan tulis ini adalah keterampilan yang penting.
Agar guru bisa berkembang, guru di Jepang menggunakan istilah khusus,
Bansho, untuk membahas masalah yang berkenaan dengan keterampilan menulis .
Dengan demikian, mengembangkan rencana penggunaan papan tulis adalah komponen
utama pada lesson plan atau RPP . Sebenarnya, beberapa sekolah memilih mengembangkan
kemampuan guru untuk menggunakan papan tulis secara efektif sebagai tujuan
sekolah saat melakukan pengembangan profesional berbasis sekolah.
KESIMPULAN
Ajaran matematika di Jepang, terutama
untuk kelas dasar dan menengah , mencakup sejumlah besar pemecahan masalah
untuk memberi siswa lingkungan untuk membangun pemahaman mereka tentang konsep
dan prosedur dalam matematika. Meskipun buku teks Jepang mencontohkan
karakteristik pelajaran matematika, karakteristik tersebut tidak semata-mata
berasal dari usaha penulis buku teks. Penting untuk dicatat bahwa karakteristik
pelajaran matematika Jepang adalah hasil kolaborasi antara pendidik, peneliti,
dan pembuat kebijakan Jepang, termasuk upaya dari praktisi pembelajaran. Bahkan
upaya meningkatkan pembelajaran dan pembelajaran matematika masih berlangsung
hingga saat ini.
Rekomendasi
- Ternyata pembelajaran matematika di Jepang lebih berfokus pada proses pembelajaran yang dilakukan siswa,guru sebagai fasilitator lebih diberi tanggung jawab untuk memantau kemajuan siswa dengan memperhatikan bagaimana seorang siswa dapat mencapai kebermaknaan di dalam proses belajar mereka, sehingga tidak ada proses pembelajaran yang didahului dengan pemberian konsep-konsep matematika di awal pembelajaran, namun siswa diberikan terlebih dahulu persoalan-persoalan matematika yang harus mereka pecahkan melalui proses berpikir oleh masing-masing siswa sendiri. Hal ini berbeda dengan di Indonesia, dimana buku-buku pelajaran eksakta termasuk matematika berisi penuh dengan konsep-konsep rumit yang secara langsung siswa harus mempelajarinya dengan membaca terlebih dahulu,baru setelah membaca teori-teori rumit - mereka dihadang oleh soal-soal rumit yang harus dipecahkan melalui pola-pola pemecahan yang telah disediakan dalam buku-buku yang mereka baca. Proses pengembangan berpikir untuk menyelesaikan persoalan dengan cara-cara yang berbeda belum dikembangkan secara massif. Kebanyakan buku-buku matematika di Indonesia seperti terbitan Gramedia, Grasindo,Erlangga…masih disajikan dalam bentuk pemaparan teori dahulu lalu dilanjutkan dengan pemberian contoh-contoh penyelesaian soal di akhir bab pembelajarannya, walaupun ada yang memaparkan permasalah-permasalahan yang harus dipecahkan – tetapi tetap buku-buku tersebut menggiring pola berpikir siswa ke konsep-konsep yang dasar saja tanpa memberikan kesempatan siswa untuk berpikir lebih luas dalam menyelesaikan persoalan-persoalan. Inilah yang bisa kita mulai, yaitu membuat buku-buku teks pembelajaran di sekolah dengan memberikan kesempatan siswa untuk berpikir tingkat tinggi, tidak hanya sekedar bercerita kesana kemari lalu dipaparkan teori-teori tertentu secara langsung. Kalau boleh mengambil contoh, seperti buku-buku terbitan Longman, Singapur.
Selesai perkuliahan , rombongan berangkat ke museum sains dan teknologi Odoroki, yang terletak di sekitar kampus. Karena rekomendasi dari Prof. Kumano, kami dapat memasuki museum ini secara gratis. Musium ini mirip dengan museum sains yang ada di Taman Mini Indonesia, bahkan isinya tidak jauh berbeda, kecuali museum ini terlihat lebih modern peralatannya.O ya, ada banyak permainan dan game digital di museum odoroki yang masih berada di lingkungan kampus.
Menjelang sore,rombongan berangkat ke kebun Strawberi di pinggir pantai Shizuoka.Tiket masuknya berharga seribu yen, masuk dan petik buah strawberi sepuasnya.Wisata seperti ini sudah ada di Indonesia, seperti di Lembang dan Ciwidey. Cuma ada bedanya, ramahnya pemilik kebun sangat luar biasa, sampai-sampai saya terheran-heran, para pemilik kebun melambaikan tangan tanpa henti sampai bus kami menghilang dari pandangan mereka, ternyata orang jepang sangat menghormati tamu mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar