Translate

Minggu, 22 Agustus 2021

Short Course di Shizuoka University (Short Course 4)

 

Mathematic Education in Japan

     Saya coba susun ulang agenda kegiatan kami dari episode Gunung Fuji-Shinkansen-dan Bunga Sakura, yang urgen saja saya ceritakan, sedangkan sisa waktu lainnya kami fokuskan untuk menyesuaikan diri ditengah lingkungan budaya yang berbeda

1. Hari ke                    :  10 (sepuluh)

2. Hari / Tanggal         :  Kamis / 20 April 2017

3. Waktu                     :  10.00 – 12.00

4. Tempat                    :   Shizuoka University

5. Penyaji                    :  Prof. Shinichiro Matsumoto

6. Topik                      :   Mathematic Education in Japan

 

Aktivitas yang utama kira-kira begini 

pengembangan profesional berbasis sekolah.

- Selesai sarapan pagi berangkat ke Universitas Shizuoka jam 9.00 pagi,sampai di Universitas jam 10.00,perjalanan lebih lancar karena sehari sebelumnya kami sudah berkunjung ke kampus ini,kami langsung mengikuti perkuliahan oleh Prof Matsumoto dengan tema Pendidikan Matematika di Jepang, ada banyak kendala karena dosen sangat sedikit menggunakan bahasa Inggris. Untung sekali kami didampingi oleh penerjemah yang lincah dan cerdas, maka apa yang menjadi pembicaraan di kelas, minimal saya sedikit memahaminya dibanding hanya mendengar orang-orang yang bercakap-cakap dengan bahasa "alien", masya Allah..sebuah pengalaman menakjubkan😍😍

- Selesai perkuliahan kami berangkat ke museum sains dan teknologi Odoroki.

- Menjelang sore,rombongan berangkat ke kebun Strawberi di pinggir pantai Shizuoka.



 Rangkuman Materi

1. Perkuliahan oleh Prof. Matsumoto :

Profesor Matsumoto termasuk team dalam penyusun kurikulum di Jepang sejak tahun 2008,beliau juga sebagai editor buku-buku pelajaran matematika di Jepang yang diterbitkan oleh para penerbit dan di cek oleh kementrian Jepang.

Pada pembelajaran matematika di Jepang, teaching material (lesson study) , proses awal dilihat dahulu kemampuan siswa , setelah itu ditentukan buku apa yang akan dipergunakan siswa. Proses pembelajarannya menggunakan active learning,dimana siswa mengeksplor sendiri sebuah konsep dengan menerapkan semua kemungkinan kemampuan siswa,lalu siswa mempresentasikan hasil kerjanya atau projeknya maupun tugas-tugas yang diberikan guru,guru memberikan arahan,dan tidak pernah memberikan clue langsung kepada siswa. Proses pembelajaran berfokus pada siswa dan bermakna.


Sebagai contoh pembelajaran matematika di kelas 4, misalkan seorang anak sudah paham dengan konsep luas bangun segitiga,maka ketika siswa diminta untuk menghitung luas bangunan lain, maka pola berpikir luas segitiga tsb yang akan digunakan oleh siswa. Sehingga setiap siswa akan memiliki cara yang berbeda untuk menghitung luas bangun yang harus dicari.

Contoh lain :
























Setiap siswa memiliki caranya sendiri untuk menghitung sebuah luas bangun. Yang penting siswa dapat menjelaskan cara berpikir untuk memperoleh luas bangun tsb.



- Pembuatan Lesson Plan

Bagian terpenting dari sebuah perencanaan untuk suatu pembelajaran adalah Kyozai – kenkyu. Kyozai kenkyu berpegang pada analisa yang sangat hati-hati pada sebuah topic yang berkaitan dengan objek pembelajaran (Shimizu,2002).

Langkah-langkah

Aktivitas Pembelajaran Utama

Antisipasi respon dari siswa

Ucapan pada pembelajaran

- Menentukan masalah

 

- Pemecahan masalah oleh siswa secara individual

 

- Diskusi seluruh kelas

 

- Penambahan (latihan/tambahan

 

 

 

 

- Presentasi masalah;

Hatsumon. Hatsumon berarti mengajukan pertanyaan kunci yang memprovokasi pemikiran siswa pada titik tertentu dalam pelajaran. Pada awal pelajaran, guru mungkin mengajukan pertanyaan untuk menyelidiki atau mempromosikan pemahaman siswa tentang masalah tersebut.

- Pemecahan masalah individu oleh siswa;

Kikan shido. Kikan shido berarti instruksi di meja siswa dan mencakup pemindaian tujuan oleh guru dari proses pemecahan masalah individual siswa.

- Diskusi kelas penuh dengan metode pemecahan masalah;

Neriage. Neriage berarti menguleni atau memolesnya.

Matome. Matome berarti menyimpulkan.

Secara umum, di tahap Matome, guru mengulas apa yang telah didiskusikan siswa dalam diskusi kelas penuh dan merangkum apa yang telah mereka pelajari selama pelajaran berlangsung.

- Membandingkan banyak gagasan dalam pemecahan masalah matematika anak-anak.

Penekanan pada praktik papan tulis (bansho)

Karakter penting lain dari pelajaran matematika Jepang adalah penggunaan ekspresi matematis, gambar, dan diagram pada papan tulis berukuran besar .

Ruang kelas Jepang dilengkapi dengan papan tulis besar di bagian depan. Yoshida (2005) merangkum bagaimana guru Jepang menggunakan papan tulis selama pelajaran matematika sebagai berikut:

• Untuk menyimpan catatan pelajaran

• Membantu siswa mengingat apa yang perlu mereka lakukan dan pikirkan

• Membantu siswa melihat hubungan antara berbagai bagian pelajaran dan kemajuan

    Pembelajaran

·      Membandingkan, kontras, dan mendiskusikan gagasan yang dihadirkan siswa

• Membantu mengorganisir pemikiran siswa dan penemuan gagasan baru

• Memupuk keterampilan mencatat siswa yang terorganisasi dengan memodelkan organisasi yang baik

 

          Diskusi yang membandingkan dan mensintesis beberapa metode solusi yang berbeda menuntut bahwa siswa tidak hanya memperjelas ide di balik setiap metode dan membenarkan kecukupan masing-masing. Penting juga untuk memeriksa keterbatasan masing-masing metode. Untuk memfasilitasi diskusi semacam itu, guru di Jepang menggunakan papan tulis sebagai alat bantu visual bagi siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi di semua nilai sambil mempertimbangkan tingkat pemahaman matematika dan keterampilan komunikasi mereka (Lihat Gambar ). Karena praktik papan tulis ini adalah keterampilan yang penting.


          Agar guru bisa berkembang, guru di Jepang menggunakan istilah khusus, Bansho, untuk membahas masalah yang berkenaan dengan keterampilan menulis . Dengan demikian, mengembangkan rencana penggunaan papan tulis adalah komponen utama pada lesson plan atau RPP . Sebenarnya, beberapa sekolah memilih mengembangkan kemampuan guru untuk menggunakan papan tulis secara efektif sebagai tujuan sekolah saat melakukan pengembangan profesional berbasis sekolah.


KESIMPULAN

Ajaran matematika di Jepang, terutama untuk kelas dasar dan menengah , mencakup sejumlah besar pemecahan masalah untuk memberi siswa lingkungan untuk membangun pemahaman mereka tentang konsep dan prosedur dalam matematika. Meskipun buku teks Jepang mencontohkan karakteristik pelajaran matematika, karakteristik tersebut tidak semata-mata berasal dari usaha penulis buku teks. Penting untuk dicatat bahwa karakteristik pelajaran matematika Jepang adalah hasil kolaborasi antara pendidik, peneliti, dan pembuat kebijakan Jepang, termasuk upaya dari praktisi pembelajaran. Bahkan upaya meningkatkan pembelajaran dan pembelajaran matematika masih berlangsung hingga saat ini.

 

Rekomendasi

- Ternyata pembelajaran matematika di Jepang lebih berfokus pada proses pembelajaran yang dilakukan siswa,guru sebagai fasilitator lebih diberi tanggung jawab untuk memantau kemajuan siswa dengan memperhatikan bagaimana seorang siswa dapat mencapai kebermaknaan di dalam proses belajar mereka, sehingga tidak ada proses pembelajaran yang didahului dengan pemberian konsep-konsep matematika di awal pembelajaran, namun siswa diberikan terlebih dahulu persoalan-persoalan matematika yang harus mereka pecahkan melalui proses berpikir oleh masing-masing siswa sendiri. Hal ini berbeda dengan di Indonesia, dimana buku-buku pelajaran eksakta termasuk matematika berisi penuh dengan konsep-konsep rumit yang secara langsung siswa harus mempelajarinya dengan membaca terlebih dahulu,baru setelah membaca teori-teori rumit - mereka dihadang oleh soal-soal rumit yang harus dipecahkan melalui pola-pola pemecahan yang telah disediakan dalam buku-buku yang mereka baca. Proses pengembangan berpikir untuk menyelesaikan persoalan dengan cara-cara yang berbeda belum dikembangkan secara massif. Kebanyakan buku-buku matematika di Indonesia seperti terbitan Gramedia, Grasindo,Erlangga…masih disajikan dalam bentuk pemaparan teori dahulu lalu dilanjutkan dengan pemberian contoh-contoh penyelesaian soal di akhir bab pembelajarannya, walaupun ada yang memaparkan permasalah-permasalahan yang harus dipecahkan – tetapi tetap buku-buku tersebut menggiring pola berpikir siswa ke konsep-konsep yang dasar saja tanpa memberikan kesempatan siswa untuk berpikir lebih luas dalam menyelesaikan persoalan-persoalan. Inilah yang bisa kita mulai, yaitu membuat buku-buku teks pembelajaran di sekolah dengan memberikan kesempatan siswa untuk berpikir tingkat tinggi, tidak hanya sekedar   bercerita kesana kemari lalu dipaparkan teori-teori tertentu secara langsung. Kalau boleh mengambil contoh, seperti buku-buku terbitan Longman, Singapur.

Selesai perkuliahan , rombongan berangkat ke museum sains dan teknologi Odoroki, yang terletak di sekitar kampus. Karena rekomendasi dari Prof. Kumano, kami dapat memasuki museum ini secara gratis. Musium ini mirip dengan museum sains yang ada di Taman Mini Indonesia, bahkan isinya tidak jauh berbeda, kecuali museum ini terlihat lebih modern peralatannya.O ya, ada banyak permainan dan game digital di museum odoroki yang masih berada di lingkungan kampus.

Menjelang sore,rombongan berangkat ke kebun Strawberi di pinggir pantai Shizuoka.Tiket masuknya berharga seribu yen, masuk dan petik buah strawberi sepuasnya.Wisata seperti ini sudah ada di Indonesia, seperti di Lembang dan Ciwidey. Cuma ada bedanya, ramahnya pemilik kebun sangat luar biasa, sampai-sampai saya terheran-heran, para pemilik kebun melambaikan tangan tanpa henti sampai bus kami menghilang dari pandangan mereka, ternyata orang jepang sangat menghormati tamu mereka.

 






yang sering mampir disini

Break lagi : Siriwil terus ber ulah

Open sidebar ChatGPT  3.5 You Let's start improving my geography skills by quizzing me on world capitals. You can start by asking me the...

paling populer